Laporan Wartawan Tribun Pekanbaru/Syaiful Misgiono dan Alex Sander
TRIBUNNEWS.COM, PEKANBARU - Tenun songket merupakan salah satu kebanggaan Provinsi Riau, yang memiliki ragam motif dan corak dengan gayanya yang khas.
Kain songket Riau ditenun menggunakan benang sutra atau benang kapas yang diselingi tenunan motif tertentu menggunakan benang emas atau perak.
Di Kota Pekanbaru terdapat beberapa sentra kerajinan tangan tenunan kain songket.
Salah satunya adalah Tenun Songket Khas Melayu Riau Wan Fitri yang berada di Jalan Kayu Manis nomor 44, Kecamatan Tampan.
Proses menenun Songket Khas Melayu Riau Wan Fitri yang berada di Jalan Kayu Manis nomor 44, Kecamatan Tampan. (Tribun Pekanbaru/Alex Sander)
Hj Mursidah (61) pemilik Gerai Tenunan Songket Khas Melayu Riau Wan Fitri mengatakan, songket Riau memang memiliki banyak ragam motif dan corak.
Namun secara umum, motif songket yang digunakan di antaranya adalah motif kuntum bunga, motif siku keluang banji, motif siku awan, motif siku tunggal, motif pucuk rebung penuh, motif pucuk rebung bertabur, motif pucuk rebung bertali, motif daun tunggal, motif mata panah, dan motif tabir bintang.
“Songket merupakan oleh-oleh yang paling banyak dicari tamu dari luar Riau. Sebab kain songket ini bisa bertahan hingga ratusan tahun. Beda dengan oleh-oleh makanan yang cepat habisnya,” kata Mursidah.
Selain motif, keunikan lain dari kain tenunan Songket Melayu Riau adalah tampilan warna-warna terang.
Di Riau, kata Mursidah, songket tidak hanya banyak dipakai untuk acara-acara pesta, namun juga sudah digunakan untuk seragam kantor.
“Sekarang songket tidak hanya dipakai oleh tokoh adat dan pejabat petinggi daerah ini. Semua masyarakat sudah biasa memakai songket. Selain dipakai untuk ke acara pesta, sekarang songket juga sudah banyak di pakai untuk seragam baju kerja di kantor,” ujar Mursidah.
Proses pembuatan tenun songket memang memakan waktu cukup cukup lama. Selama proses penenunan, dibutuhkan ketelitian dan kesabaran. Untuk mendapatkan satu lembar tenunan kain songket ukuran 2 meter saja, membutuhkan waktu 15 hari hingga satu bulan.
Tingkat kerumitan dalam menenun kain songket sangat bergantung dengan motifnya. Semakin rapat motifnya yang dibuat, maka semakin rumit pula proses penenunannya.
“Seluruh proses penenunan songket ini masih dilakukan dengan cara tradisional. Seluruh motifnya dibuat melalui proses penenunan secara manual. Tidak ada menggunakan cap atau printing,” katanya.
Proses menenun Songket Khas Melayu Riau Wan Fitri yang berada di Jalan Kayu Manis nomor 44, Kecamatan Tampan. (Tribun Pekanbaru/Alex Sander)
Di Gerai Tenunan Songket Khas Melayu Riau Wan Fitri, harga songket bervariasi, tergantung jenis benang dan motif yang digunakan.
Semakin rumit pengerjaannya, semakin langka motifnya, semakin mahal harganya.
Satu set pakaian, mulai dari baju, celana, dan kain sarung serta rok dijual mulai dari harga Rp 4 juta hingga belasan juta.
Selain satu set pakain tersebut, juga ada paket pasangan ibu-bapak yang dijual rata-rata seharga Rp.1,6 juta.