News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Wisata Jatim

Museum Negeri Mpu Tantular, Ada Brankas Emas Raksasa, Juga Sepeda Kayu Dan Motor Uap Pertama

Editor: Agung Budi Santoso
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Seorang anak sedang mengamati sepeda kayu tua, koleksi Museum Negeri Mpu Tantular, di Sidoarjo (Surya/ Wiwit Purwanto)

Laporan Wartawan Surya, Wiwit Purwanto

TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Melihat benda-benda peninggalan masa lalu sambil belajar asal-usul teknologi bisa mejadi alternatif untuk berwisata bersama anak anak maupun teman teman.

Seperti yang ada di Museum Negeri Mpu Tantular, yang terletak di Jalan Raya Buduran, Kecamatan Buduran, Sidoarjo.

Lahan museum yang cukup luas memungkinkan pengunjung nyaman saat berjalan jalan di dalam museum maupun peninggalan yang berada di area out door.

Museum ini sebelumnya berada di Surabaya yakni di Jalan Ketabang kali Surabaya.


Peti mati batu koleksi Museum Mpu Tantular di Sidoarjo (Surya/ Wiwit Purwanto)

Museum ini juga pernah pindah menempati lokasi di Jalan Taman Mayangkara atau di depan Kebun Binatang Surabaya ( KBS) sebelum akhirnya pindah di lahan Jalan Buduran Sidoarjo pada Bulan Mei 2004.

Melihat bangunan museum yang megah, bangunan ini terdiri dari sebelas bangunan berdiri di atas lahan seluas 3,28 hektar.

Di bagian depan terdapat joglo, kemudian bangunan lainnya yakni gedung administrasi, perpustakaan, gedung pameran tetap, (Gedung Majapahit), Galeri Von Faber, gedung pameran tuna netra, ruang kerja koleksi storage, gedung preparasi, laboratorium konservasi, gedung bimbingan edukasi dan mushola

Untuk dapat ke museum setiap pengunjung dikenakan tiket masuk seharga Rp 4000 untuk dewasa dan anak anak Rp 3000. Potongan tiket masuk hanya berlaku bagi rombongan

Sejumlah koleksi andalan dari museum ini antara lain telepon meja, sebuah telepon yang terbuat dari bahan logam (perunggu).

Terdiri dari dua bagian, bagian pertama untuk berbicara sedangkan bagian yang lain untuk mendengarkan. Telepon meja jenis ini dibuat sekitar abad XVIII M.


Seorang siswa mengamati patung di pelataran Museum Negeri Mpu Tantular, Sidoarjo (Surya/ Wiwit Purwanto)

Koleksi lainnya adalah shimponion, alat musik ini berasal dari Jerman pada abad XVIII M. Alat musik ini termasuk instrumen musik klasik, tidak menggunakan listrik, tetapi secara manual dengan cara diputar.

Ada pula koleksi sepeda kayu, merupakan bentuk sepeda yang paling tua diciptakan oleh Michael Kesler, seorang berkebangsaan Jerman pada tahun 1766. Selain sepeda kayu jga ada koleksi sepeda motor uap, yang diciptakan oleh Gottlien Daimler, warga negara Jerman.

Motor ini dijalankan dengan tenaga uap. Tipe sepeda motor ini pertama kali diproduksi oleh pabrik "Hildebrand Und Wolfmuller", Muenchen (Jerman) pada tahun 1885 dengan kecepatan maksimal mencapai 30km/jam.

Ada pula koleksi sepeda tinggi yang dibuat oleh orang Inggris, James Starley dan William Hilman, sepeda ini juga sudah mendapat hak paten tahun 1870.

Sering disebut "Ariel" yang berarti sepeda terbuat dari metal.

Dibagian tengah terdapat sebuah brankas raksasa, karena brankas ini dipakai untuk perhiasan emas yakni hiasan Garudeya.

Garudeya adalah sebuah benda ini merupakan cindera mata dari Raja Siam kepada Raja Airlangga.

Garudeya ditemukan oleh Seger pada tahun 1989, di Desa Plaosan, Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri.

Hiasan ini dibuat dari emas 22 karat dengan berat keseluruhan 1.163.09 gram.


Serat lontar koleksi Museum Negeri Mpu Tantular, Sidoarjo (Surya/ Wiwit Purwanto)

Dilihat dari reliefnya, kemungkinan hiasan ini merupakan peninggalan abad XII-XIII M.

Koleksi lain yang tak kalah menariknya adalah Surya Stambha.

Merupakan koleksi langka yang berasal dari Nusa Tenggara Timur .

Ada pula patung Durga Mahesasuramardhini, yang berasal dari candi Jawi, Pasuruan.

Mempunyai delapan tangan yang menggambarkan kekuatan dan kesaktian durga sehingga bisa mengalahkan asura (raksasa).

Pujangga Majapahit

Nama Mpu Tantular sendiri adalah seorang Pujangga Jawa Timur yang hidup dalam pertengahan abad XIV dari kerajaaan Majapahit.

Ia dikenal dikenal dengan karyanya Kitab Arjuna Wijaya dan Sutasoma.

Pada Kitab Sutasoma inilah tercantum kata-kata Bhineka Tunggal Ika, yang sampai sekarang dipakai sebagai semboyan bangsa Indonesia.

Nama Mpu Tantular juga mengandung pengertian yang tersembunyi, "Mpu" berarti ibu, yaitu titik pusat segala gerak dan pandangan hidup, "Tantular" berarti tak tertulari, tak terpengaruh, tak menyimpang, tak berubah, jadi tetap mengkhusukkan diri, untuk mencapai kehidupan abadi.

Dengan pemberian nama tersebut diharapkan museum dapat mewarisi hakekat dan kemurniannya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini