Laporan Wartawan Sriwijaya Post/Refly Permana
TRIBUNNEWS.COM, PALEMBANG - Kampung Kapitan sudah lama menjadi kawasan yang mengandung nilai sejarah di Palembang.
Di kampung inilah, warga keturuan Tionghoa pertama kalinya berada di Palembang saat kota pempek masih dalam jajahan.
Kini, kawasan yang berlokasi di tepi Sungai Musi Palembang ini sudah menjadi salah satu objek wisata di Palembang.
Sayang, meski bernilai sejarah dan kerap dikunjungi, Kampung Kapitan tidak terlalu diperhatikan, hingga nyaris terabaikan.
Kampung Kapitan berlokasi di kawasan yang termasuk padat penduduk.
Posisinya berada di tepi Jl KH Azhari Kelurahan 7 Ulu SU I Palembang, bersebelahan dengan Pasar Tradisional 7 Ulu Palembang.
Dari atas Jembatan Ampera, keberadaan Kampung Kapitan sudah bisa terlihat.
Dari pusat kota, butuh waktu sekitar 10 menit menggunakan kendaraan roda dua untuk tiba di Kampung Kapitan.
Jika tidak memiliki kendaraan sendiri, ada angkutan kota ataupun becak yang bisa mengantar ke Kampung Kapitan.
Mulyadi, Generasi ke-13 Kapitan Tjoa Ham Him membersihkan replika nisan leluhur yang terletak di Rumah Abu Kampung Kapitan, Kelurahan 7 Ulu, Kecamatan SU I, Palembang. (Foto-foto Sriwijaya Post/Syahrul Hidayat)
Didi, salah seorang warga di Kampung Kapitan, mengatakan, nilai seni dan budaya yang ada di Kampung Kapitan terletak pada struktur bangunan rumah yang ada di sana.
Rumah di kawasan ini menyimpan dua pengaruh budaya, yakni budaya Tiongkok dan budaya Palembang.
Budaya Tiongkok bisa dilihat dari bagian dalam rumah dan bagian teras rumah.
Sedangkan budaya Palembang berupa bangunan rumah yang menyerupai limas dan terdapat tiang yang menopang berdirinya rumah.