Laporan Wartawan Banjarmasin Post, Yayu Fathilal
TRIBUNNEWS.COM, BANJARMASIN - Di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, biasanya masyarakat muslim berbuka puasa dengan kuliner khas setempat.
Satu di antara yang menjadi favorit adalah Bubur Hintalu Karuang.
Bubur yang kental dengan banyak bulatan kenyal di dalamnya ini, enaknya disantap saat masih panas. Warnanya coklat dan rasanya manis.
Saat sore hari, penjual bubur ini selalu didatangi warga yang ingin menjadikan kudapan ini sebagai takjil. (Banjarmasin Post/Yayu)
Kata hintalu dalam Bahasa Banjar berarti telur. Tak heran jika kemudian di dalamnya ada bulatan-bulatan berbahan tepung ketan yang dibentuk bulat-bulat seperti telur.
Sementara karuang adalah sejenis burung yang gemar bernyanyi dan hidupnya di dataran rendah.
Burung ini berjanggut dan memiliki telur yang bentuknya persis seperti bulatan di bubur hintalu karuang.
Sejak lama, bubur ini menjadi salah satu kuliner favorit masyarakat muslim di Kalimantan Selatan saat berbuka puasa.
Rasanya yang manis, kuahnya yang kental dan bulatan hintalu karuangnya yang kenyal saat digigit, membuat cita rasanya nikmat disantap di saat lelah setelah seharian berpuasa.
Salah satu pembuatnya di Banjarmasin adalah Fia.
Warga Jalan Almadani, Pekapuran Raya, Banjarmasin ini kerap membuatnya di saat bulan suci ini dan menjualnya.
"Ini kan bubur tradisional Banjar. Biasanya banyak dicari di saat bulan puasa untuk berbuka," ujarnya.
Bubur ini kental, selain diberi gula merah juga dicampuri air kapur sebagai pengentalnya. Agar ada perpaduan rasa gurihnya, dicampuri juga dengan santan.
Bubur ini juga mengandung air daun pandan.
Airnya dicampur dengan adonan tepung ketan dan garam. Kemudian diuleni hingga kalis. Lalu, tinggal dibentuk bulat-bulat.