News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Wisata Kalsel

Ipau, Kue Arab yang Populer di Banjarmasin, Kental Santannya Menggoda

Editor: Mohamad Yoenus
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ipau, kue khas Arab yang populer di Banjarmasin.

Laporan Wartawan Banjarmasin Post, Yayu Fathilal

TRIBUNNEWS.COM, BANJARMASIN - Ipau, kue khas Arab yang satu ini begitu populer di Banjarmasin.

Namun uniknya, kudapan yang satu ini hanya ada saat bulan puasa tiba. Di bulan-bulan lain, bisa dikatakan ipau ini kuliner langka.

Tampilannya yang menggiurkan dan mengundang selera makan, membuat banyak orang menyukainya.


Seorang pedagang menunjukan kue Ipau khas Arab, yang dijajakan selama Ramadan, di Kelurahan Antasan Kecil Barat (Akaba) di Banjarmasin. (Banjarmasin Post/Yayu Fathilal)

Ipau terdiri dari beberapa lapisan tipis lempengan tepung.

Di dalam masing-masing lapisan biasanya diisi dengan potongan daging dan sayur.

Di atasnya juga ditaburi sayuran dan potongan daging sapi. Tak ketinggalan, sebagai pemanis ditambahi dengan taburan irisan daun sop dan bawang goreng.

Ipau biasanya disantap dengan saus santan kental.

Sausnya ini disiramkan ke atas ipaunya, membuat tampilannya kian mengundang selera makan.

Rasanya ada perpaduan antara manis dan gurih.

Rasa manisnya berasal dari saus santannya. Sementara gurihnya dari lempengan ipaunya.


Ipau. (Banjarmasin Post/Yayu Fathilal)

Seorang pembuat dan penjualnya adalah Aisyiah.

Lempengan ipaunya itu berbahan tepung dan telur.

"Memasaknya lama. Bikin lempengannya saja sekitar lima jam karena satu loyangnya bisa terdiri dari beberapa lapis. Kalau membuat sayurannya dan memasak dagingnya sekitar tiga jam. Kalau saus santannya sebentar saja karena tinggal direbus," ungkapnya.

Ipau ini adalah kudapan tradisional orang Arab yang ada di Kelurahan Antasan Kecil Barat (Akaba) atau biasa disebut Kampung Arab di Banjarmasin.

Biasanya, di banyak titik baik di pasar ataupun di pinggir jalan di Banjarmasin, penjual Ipau seakan menjamur.

Namun setelah Ramadan berlalu, para penjualnya juga menghilang.

"Ipau ini hanya ada saat bulan puasa. Saya pun hanya membuatnya saat Ramadan saja," ungkapnya.


Ipau. (Banjarmasin Post/Yayu Fathilal)

Selama bulan puasa, dia bisa menjual 10-15 kilogram ipau. Dia biasa menjualnya satu loyang atau dalam bentuk potongan kecil dan sedang.

"Kalau yang kecil-kecil sepotong Rp 3.000. Kalau seloyang isi 33 biji yang potongan kecil," katanya.

Rata-rata para pembuat dan penjual ipau tak begitu paham tentang sejarah kuliner ini. Pun dengan sebab namanya mengapa disebut ipau.

"Nggak tahu kenapa bisa disebut ipau. Memang sudah dari dulu disebutnya begitu," urainya.

Seorang pembelinya adalah Dian yang tampak membeli beberapa potong ipau. Rasanya yang gurih selalu membuatnya terkenang akan kelezatannya.


Stan pedagang ipau. (Banjarmasin Post/Yayu Fathilal)

"Kan adanya cuma bulan puasa. Paling dinantikan pokoknya kalau Ramadan tiba," ungkapnya.

Pembeli lainnya, Mia, mengaku paling suka dengan rasanya yang gurih.

Saat menyantapnya, ada aroma khusus dari gurihnya itu yang paling disukainya.

"Rasanya itu, kenyal, lembek, gurih, manis apalagi saat melihat tampilannya yang disirami saus santan kental, benar-benar nggak kuat kalau nggak beli terus dimakan. Makanan ini, walau hanya sepotong kecil sangat mengenyangkan," ujarnya.


Ipau. (Banjarmasin Post/Yayu Fathilal)
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini