News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Wisata Lampung

Lemang Tapai Ketan, Cara Anda Menyantap Akan Menentukan Rasanya, Pas Dinikmati saat Berbuka

Editor: Malvyandie Haryadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Lemang kuah tapai ketan hitam. Banyak orang berburu kudapan ini untuk berbuka puasa di bulan Ramadan.

Laporan Reporter Tribun Lampung Heru Prasetyo

TRIBUNNEWS.COM, BANDAR LAMPUNG - Lemang, siapa yang tidak kenal dengan penganan khas Sumatera Barat ini.

Berbahan dasar ketan dan santan, lemang menjadi salah satu makanan yang diburu saat berbuka puasa di Bulan Ramadan. Tidak terkecuali di Bandar Lampung, Lampung.

Untuk mendapatkan lemang nan nikmat, masyarakat Lampung atau keturunan Minang tak perlu jauh mudik ke Padang.


Di sepanjang Jalan Imam Bonjol, Anda akan menemukan banyak lapak yang menjajakan lemang. (Tribun Lampung/Heru)

Sebab penganan ini telah bayak tersebar di Bumi Ruwa Jurai.

Bagi anda yang berada di Kota Bandar Lampung, lemang bisa dengan mudah anda dapatkan di sekitar kawasan Bambu Kuning Trade Center.

Di kota Bandar Lampung cobalah anda berjalan di sepanjang Imam Bonjol, deretan muka Bambu Kuning Trade Center.

Di sini anda akan menemukan beberapa lapak kecil yang menjajakan jajanan lemang.

Biasanya pedagang mematok harga mulai dari Rp 10.000 per batang dengan panjang sekitar 10 sentimeter.

Bila hendak membeli kuah tapai ketan hitam atau gula merah, anda juga cukup membayar Rp 5.000 per gelasnya.

Menurut Anita (36), salah satu penjual lemang setempat, selama Ramadan lemang menjadi barang buruan.

Padahal selain di bulan ini, ia mengaku biasa menjajakan dagangan lemang miliknya. Meski diakui omset dari dagangan tersebut tidak setinggi saat Ramadan tiba.

"Alhamdulillah, selalu ramai. Ada saja yang datang, berkah Ramadan mungkin," tuturnya ramah pada Tribunlampung.co.id.

Lebih jauh perempuan yang disapa itu menjelaskan, lemang sejatinya merupakan penganan tradisional yang terbuat dari ketan.

Untuk mendapatkan bentuk lemang, ketan kemudian diolah bersama santan kelapa yang dimasukkan ke dalam bambu yang telah dilapisi oleh daun pisang.

Cara masaknya pun masih tradisional, bambu berisi ketan dan santan kemudian dibakar di dekat perapian.

Oh iya, bambu yang digunakan pun tidak boleh sembarangan, hanya bambu berkulit tebal yang dipilih.

Sebab bambu jenis ini yang mampu tahan bara sehingga membuat ketan masak sempurna. Metode memasak seperti itu mengakibatkan cita rasa dan aromanya sangat khas.

Nita mengatakan, tidak sedikit pedagang yang menyiasati proses pembuatan lemang. Caranya lemang terlebih dahulu dimasak di kukusan, lalu dimasukkan ke dalam tabung bambu yang telah dipanggang sebelumnya.

"Agar tampak asli maka bambu tersebut dipanggang. Saya tidak seperti itu, saya masih menjaga keaslian memasak lemang agar rasa dan aromanya tetap terjaga," kata dia diiringi senyum ramah.

Hal itulah yang membuat lemang buatan Nita terasa gurih, pulen, dan beraroma khas. Ia juga mengajarkan untuk membedakan antara lemang yang dimasak langsung dari bambu atau tidak.

Salah satunya dapat diketahui dari kepadatan lemang. Lemang yang dimasak di dalam bambu lebih padat. Aromanya juga sangat enak yang berasal dari bambu.

Lalu bagaimana cara tepat menikmati sajian lemang ini? Dikatakan Nita, lemang bisa dinikmati begitu saja setelah masak.

Namun untuk menambah lengkap, masih ada menu pelengkap lain berupa tapai ketan hitam.

Rasa asam dan manis hasil fermentasi ragi pada ketan hitam membuat citarasa lemang menjadi luarbiasa. Cara menikmati lemang pun akan membuat berbeda sensasi rasa yang muncul.

"Nah jika keduanya sudah siap, baru lezat disantap. Soal rasa, itu tergantung bagaimana cara mengonsumsinya," kata Nita.

Jika konsumen makan dengan cara mencampurkan langsung, maka yang menonjol adalah rasa asam dari tapai ketan. Rasa gurih baru akan timbul ketika tiba pada kunyahan ketiga hingga keempat. "Pada kunyahan pertama, pasti yang timbul duluan adalah rasa asam," katanya.

Jika dicocol, maka yang lebih mendominasi adalah rasa gurih yang disumbang dari campuran lemang. "Karena itu, sejak awal saya katakan, untuk rasa lemang tergantung bagaimana konsumen memakannya, mau yang gurih duluan atau asam. Pokoknya rasanya ramai," katanya berpromosi.

Selama Ramadhan, ibu tiga anak ini mengaku kebanjiran omzet. Dalam sehari dia mampu mengantongi hingga Rp 300.000 untuk 15 batang bambu lemang. Satu batang bambu dijual Rp 40.000 dengan panjang berkisar 40 sentimeter.

Pelanggan bisa juga membeli dalam bentuk irisan dua hingga empat irisan. "Kalau diiris dua berarti harganya Rp 20.000. Kalau empat berarti Rp 10.000," katanya.

Harga tersebut belum termasuk tapai ketan yang satu porsi Rp 10.000. "Kalau beli paketan, Rp 20.000 hingga Rp 30.000 per porsi," katanya. (*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini