Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - "Bangsa yang besar adalah bangsa yang meghargai jasa pahlawannya."
Kalimat itu diucapkan Presiden Republik Indonesia ke-1, Ir Soekarno pada pidato Hari Pahlawan tahun 1961.
Mengingat kembali jasa kepahlawan tentu anda tidak lupa kejadiaan penguburan tujuh pahlawan revolusi korban G 30 S PKI (Gerakan 30 September PKI) di Lubang Buaya.
Pintu gerbang Monumen Pancasila Jakarta. (Tribunnews/Reynas Abdila)
Ya, tragedi itu diabadikan dalam sebuah Monumen Pancasila Sakti berletak di Jalan Pondok Gede, Lubang Buaya, Jakarta Timur.
Kepala Monumen Pancasila Sakti, Letkol Drs Kusuma M.Si menceritakan, di monumen ini pengunjung dapat mempelajari sejarah pembenaman tujuh pahlawan revolusi.
"Sisi menonjol dari Monumen Pancasila Sakti adalah pembenaman tujuh pahlawan revolusi. Tujuan pembentukan tak lain untuk memberikan suatu edukasi untuk masyarakat agar kejadian tragis ini tidak terulang," ujarnya kepada Tribun Travel, Kamis (2/7/2015).
Kusuma menambahkan, bentuk perjuangan para pahlawan tidak boleh dilupakan maka monumen inilah yang menjadi penyambung komunikasi dengan pahlawan yang telah gugur.
"Pendirian monumen dalam rangka meneruskan tali komunikasi antar generasi . Monumen ini juga untuk meyuarakan hari peringatan pancasila," katanya.
Sumur Maut (Lubang Buaya)
Sumur Maut atau disebut Lubang Buaya merupakan lokasi PKI menghabisi tujuh jenazah Pahlawan Revolusi.
Lubang buaya. (Tribunnews/Reynas Abdila)
Sumur itu berukuran lebar 75 cm sedalam 12 meter para pahlawan revolusi lalu dikubur ke dalamnya pada tanggal 1 Oktober 1965.
Ketujuh pahlawan tersebut yakni Letjen Ahmad Yani, Mayjen Suprapto, Mayjen MT Haryono, Mayjen S.Parman, Brigjen DI Panjaitan, Brigjen Sutoyo, dan Kapten CZI Pierre Tendean.
Pada nisan sumur maut ini tertulis kalimat, "Peninggalan sejarah mempertahankan bentuk cita-cita perjuangan para pahlawan menegakkan kemurnian pancasila tidak dipatahkan hanya dengan menguburnya dalam sumur."
Sejarah
Monumen Pancasila Sakti adalah sebuah prasasti yang dibangun atas gagasan Presiden RI ke-2, Soeharto untuk memperingati perjuangan para pahlawan dalam mempertahankan edeologi pancasila dari penyebarluasan ideologi komunis.
Awalnya lahan seluas sembilan hektare persegi ini merupakan lahan perkebunan yang dijadikan sebagai tempat pelatihan anggota Komunis PKI.
Latihan para Sukarelawan PKI diadakan dari tanggal 5 Juli sampai 30 September 1965.
Dalam pelatihan para anggota PKI diajarkan mulai dari latihan baris berbaris, bongkar pasang senjata , dan teknik bertempur.
Mereka berjumlah 3.700 anggota yang dibagi menjadi 7 gelombang.
Selain di Lubang Buaya latihan juga diadakan di Rawa Binong, 2 km sebelah selatan desa Lubang Buaya.
Di dalam Monumen Pengkhianatan PKI, anda akan menyaksikan patung maupun gambar-gambar yang mengisahkan kekejaman PKI khsususnya kepada tujuh pahlawan revolusi.
Dokumentasi dan peninggalan Pahlawan Nasional. (Tribunnews/Reynas Abdila)
Adapun saksi sejarah lainnya yaitu pakaian berdarah ketujuh pahlawan yang terletak di belakang Monumen Pengkhiatan PKI.
Untuk jam operasional monumen buka setiap hari mulai pukul 09.00 WIB hingga 16.00 WIB, kecuali hari Senin.
Tarif yang dikenakan hanya dipungut Rp 2.500 per orang tidak termasuk kendaraan.