Bejana Perunggu yang ditemukan di Lampung ini, lanjut Budi, merupakan bejana yang bentuknya paling utuh dan bagus dibandingkan dua bejana yang ditemukan di Kerinci, Provinsi jambi dan Asemjaran, Madura.
"Kita lihat bejana ini berbentuk bulat panjang seperti keranjang untuk tempat ikan yang diikatkan dipinggang. Di mana bejana ini dibuat dari dua lempengan perunggu yang cembung yang diletakkan dengan pacuk besi pada sisinya. Jika kita lihat, pada dinding bejana bermotifkan pucuk pakis yang kemungkinan merupakan gambaran dari cacing laut yang dipercaya sebagai makanan dan energi dewa yang muncul setiap setahun sekali," ungkapnya.
Di Asia Tenggara, campuran perunggu diperoleh dari melebur bersama tembaga dan timah yang digunakan sejak abad ke 7-SM sampai abad ke-3 SM.
Budi mengatakan, sampai sekarang, fungsi dari Bejana Perunggu tersebut, tidak diketahui secara pasti, kemungkinan disebabkan penemuan bejana yang terbatas yang mempersulit proses penelitian lebih lanjut.
"Namun kesimpulan sementara ini, fungsi dari bejana perunggu tersebut, berfungsi sebagai wadah air suci sebagai kegiatan ritual di jaman itu," ujarnya.
Hingga saat ini, koleksi Museum Lampung sudah mencapai 4.747.
Diorama kain khas Lampung, koleksi Museum Lampung. (Tribun Lampung/Heru Prasetyo)
Ribuan koleksi itu terbagi dalam 10 jenis.
Yakni geologika, biologika, etnografika, arkeologika, historika, numismatika dan heraldika, filologika, keramologika, senirupa, dan teknologika.
Museum ini sendiri berlokasi di Jalan ZA Pagar Alam Gedong Meneng Bandar Lampung.
Lokasinya tak jauh dari terminal induk Rajabasa, sehingga anda dapat menggunakan angkutan kota jurusan Rajabasa atau BRT jurusan Rajabasa Sukaraja untuk mencapainya dengan tarif Rp 5.000 sekali jalan.