Laporan Wartawan Banjarmasin Post, Yayu Fathilal
TRIBUNNEWS.COM, BANJARMASIN - Kue tradisional Banjar banyak macamnya. Nah, mau tahu di mana pusat pembeliannya?
Tempatnya ada di Pusat Kue Tradisional Banjar Kurnia Rasa Hj Rukayah Tarmidji, Jalan Sutoyo S nomor 6 RT 17 Kelurahan Antasan Besar, Kecamatan Banjarmasin Tengah, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Kue atau wadai tradisional Banjar yang dijual di sini ada beberapa macam.
Misalnya, bingka, putri selat, sari pengantin, amparan tatak pisang, sarikaya nangka, kasusun hijau, hula-hula, petah asia, sari muka, lapis coklat, kararaban dan lapis india.
Kue khas Banjar di Kurnia Rasa Hj Rukayah Tarmidji, Jalan Sutoyo, Antasan Besar, Banjarmasin Tengah. (Banjarmasin Post/Yayu Fathilal)
Kue-kue di sini dimasak dengan resep warisan nenek moyang pemilik toko kue ini, Hj Rukayah Tarmidji.
Menariknya, nenek moyangnya merupakan kepala koki di Kerajaan Banjar di masa lalu, yaitu Pangeran Citralaya.
Diperkirakan, sang pangeran ini hidup dan mengabdi sebagai tukang masak istana di masa pemerintahan Raja Banjar, yaitu Pangeran Samudera alias Sultan Suriansyah.
Hj Rukayah Tarmidji ini adalah keturunan ketujuh dari Pangeran Citralaya.
Dijelaskan oleh putra dari Hj Rukayah Tarmidji yang juga mengelola toko kue ini, Ahmad Fauzie, di awal toko ini dibuka pada 1982 silam hanya menjual tiga jenis kue Banjar, yaitu amparan tatak pisang, sari pengantin dan putri selat.
"Resep ketiga kue ini asli warisan dari nenek moyang saya, Pangeran Citralaya. Konon, resep ketiga kue ini didapatnya dari Putri Junjung Buih," ujarnya.
Putri Junjung Buih, menurut sejarah Kerajaan Banjar adalah seorang putri dari Kerajaan Daha yang ada di Amuntai, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan.
Kue khas Banjar, Kalsel. (Banjarmasin Post/Yayu Fathilal)
Putri ini merupakan nenek moyang dari Sultan Suriansyah.
"Ceritanya, dulu itu Putri Junjung Buih ini membuat kue-kue tersebut untuk disajikan ke para bangsawan. Bisa dikatakan, di masa lalu kue-kue ini hanya disantap kaum ningrat namun sekarang menjadi kue warisan tradisional orang Banjar dan bisa dimakan oleh siapa saja," katanya.
Kue amparan tatak pisang dan putri selat jamak ditemui di pasar-pasar tradisional di Kalimantan Selatan.
Berbeda dengan kue sari pengantin yang hanya disajikan di upacara pernikahan tradisional orang Banjar.
Namun di saat bulan puasa ini, kue-kue itu bermunculan sebagai santapan berbuka puasa.
Pihaknya pun menjual kue-kue ini hanya di saat Ramadan. Di hari-hari biasa, hanya menjual kue bingka.
"Tiap hari kami buka juga, tetapi hanya terima pesanan. Biasanya, pembeli dari orang-orang Banjar juga yang hendak menggelar hajat pernikahan adat, karena kami juga menerima pesanan pembuatan kue khas Banjar untuk pernikahan adat Banjar," ujarnya.
Menariknya lagi, pembuat kue-kue ini masih memegang teguh tradisi Banjar karena merupakan keturunan Pangeran Citralaya yang selain sebagai koki istana juga seorang bangsawan Kerajaan Banjar berpangkat Mantri 4 di masa lalu.
Tradisi itu adalah menjelang bulan puasa, ibunya selaku pemilik toko berpuasa sunah Senin dan Kamis lalu menggelar selamatan dengan makanan berupa bubur habang dan bubur putih.
Tujuannya, supaya penjualan kue selama Ramadan lancar.
Selama proses pembuatan kue, pembuatnya tak boleh sedang dalam keadaan haid jika dia perempuan.
Menurut kepercayaan orang Banjar yang diyakini di kalangan pembuat kue tradisional Banjar, jika pantangan ini dilanggar maka kue akan rusak.
Pusat kue Tradisional Banjar Kurnia Rasa Hj Rukayah Tarmidji, Banjarmasin, Kalsel. (Banjarmasin Post/Yayu Fathilal)
"Percaya atau tidak, nanti warna kue akan berubah. Atau bisa juga lapisan kue akan berubah posisinya. Memang terkesan mistis, tetapi keyakinan itu masih dipegang teguh oleh kami," ujarnya.
Walau dia sekeluarga sudah beragama Islam, dengan mematuhi pantangan dan adat ini, bukan berarti berniat syirik kepada Allah.
"Kami keturunan koki Kerajaan Banjar, hanya berusaha untuk melestarikan adat Banjar yang berlaku. Walau terkesan mistis dan ada pengaruh kepercayaan Hindu dari orang-orang Banjar zaman dulu, tetapi ini lah tradisi orang Banjar dalam membuat kue tradisionalnya," ungkapnya.
Resepnya yang dipakai masih sesuai dengan yang aslinya. Misalnya, kue putri selat yang resepnya diciptakan Putri Junjung Buih.
Menurut resep itu, kue putri selat yang asli, saat sudah matang lapisan bawahnya berupa ampas kelapa saat diangkat tampak bergelombang karena lembut.
Sementara itu ada juga kue putri selat yang lapisan bawahnya keras, menurutnya itu tidak seperti di resep aslinya.
"Makanya dinamakan putri karena gelombangnya saat diangkat seperti lenggangan putri raja," ujarnya.
Selama bulan puasa, pihaknya bisa menghabiskan 130 loyang tiap hari dan yang laku 190 loyang.
Proses pembuatannya dimulai subuh hingga tengah hari. Sementara tokonya dibuka mulai pukul 13.00-17.00 Wita.
Untuk harga yang ditawarkan bermacam-macam. Paling murah belasan ribu rupiah dan paling mahal Rp 42.000.
Menuju ke toko kue ini mudah saja karena posisinya di pinggir jalan raya.
Lokasinya pun dekat dengan Masjid Raya Sabilal Muhtadin dan tugu KB.