News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Wisata Kalsel

Tanah Makam Habib Basirih Terus Meninggi, Bikin Turis Spanyol Terheran-heran

Editor: Mohamad Yoenus
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Makam Habib Basirih, di Jalan Keramat Basirih RT 09 RW 01, Kelurahan Basirih, Kecamatan Banjarmasin Selatan, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan.

Laporan Wartawan Banjarmasin Post, Yayu Fathilal

TRIBUNNEWS.COM, BANJARMASIN - Kalimantan Selatan memiliki banyak destinasi wisata religi.

Selain rumah-rumah ibadah juga banyak makam ulama kharismatik di sini yang tiap hari selalu diziarahi warga.

Di antaranya adalah makam Habib Hamid bin Abbas Bahasyim atau yang lebih dikenal sebagai Habib Basirih.

Makamnya terletak di Jalan Keramat Basirih RT 09 RW 01, Kelurahan Basirih, Kecamatan Banjarmasin Selatan, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan.

Makamnya ini bisa dikatakan sering dikunjungi oleh peziarah tak hanya dari Kalimantan Selatan, tetapi juga mancanegara.

Misalnya, dari Mesir, China, Kanada, Spanyol, Bosnia dan Jerman.

Menurut cucu Habib Basirih, Khadijah Bahasyim (80) yang merawat makam ini, para turis mancanegara itu kebanyakan nonmuslim.

Mereka berziarah ke makam kakeknya ini lebih banyak untuk mengetahui keunikan makam tersebut.


Warga saat berjiarah di makam Habib Basirih. (Banjarmasin Post/Yayu Fathilal)

Makam habib yang sering disebut warga sebagai Kubah Basirih ini dipagari besi dan diselimuti kain hijau tua sebagai simbol Islam dan kain kuning, sebagai simbol adat Banjar untuk tokoh masyarakat yang dihormati.

Di bagian atasnya dikelambui kain kuning juga. Di sekeliling kuburannya ada beberapa buku Yasin dan Alquran.

Kuburan dipenuhi taburan kembang barenteng khas Banjar sehingga tercium wangi jika didekati.

Memasuki bagian dalam komplek pekuburannya ini terasa dingin, padahal cuaca sedang terik.

Suasananya terasa tenang. Para peziarah pun bisa dengan nyaman dan khusuk berdoa di dekat makam ini.

"Banyak turis dari luar negeri kemari. Mereka kemari tidak untuk berdoa membacakan Surah Yasin atau Alquran, tetapi hanya ingin tahu tentang makam ini. Mereka mengetahuinya dari sumber panduan wisata religi Banjarmasin yang memuat makam kakek saya ini. Mereka tertarik datang karena ingin melihat rupa makamnya," ujar Khadijah.


Makam Habib Basirih. (Banjarmasin Post/Yayu Fathilal)

Para turis itu, khususnya yang dari Spanyol terkagum-kagum dengan bentuk makam Habib Basirih ini.

Secara umum, makamnya ini biasa saja, seperti umumnya kuburan orang Islam yang dilengkapi dua batu nisan.

Hal yang membuat turis Spanyol itu terkagum-kagum adalah makam ini sarat dengan nuansa khas Banjar, yaitu kelambu kain kuningnya dan taburan kembang barenteng yang membuatnya harum.

"Katanya, dia belum pernah melihat makam seperti ini. Baginya aneh, tetapi bagi orang Banjar kan sudah biasa karena ini memang adat orang Banjar," ujar perempuan berkerudung ini.

Selain itu, kontur tanah makam ini juga aneh. Dari tahun ke tahun selalu meninggi posisinya.

Warga setempat banyak yang tak paham akan fenomena ini karena logikanya jika tanah di dekat sungai kemungkinan besar untuk erosi itu ada.

Tanah milik warga setempat pun tak pernah mengalami peninggian, hanya tanah di makam ini yang meninggi terus.

Mereka berpendapat ini adalah mukjizat Allah untuk Habib Basirih.

"Turis Spanyol itu terheran-heran dengan fakta ini. Katanya, dia sangat kagum dengan makam ini," ujarnya.

Di dekat makam Habib Basirih ini ada dua buah tajau plastik berisi air dan banyak gelas serta botol.

Fungsinya, untuk air obat bagi peziarah.

 
Air diyakini menjadi obat. (Banjarmasin Post/Yayu Fathilal)

 Karena sering didoakan, banyak peziarah meyakini air ini berkhasiat untuk menyembuhkan segala jenis penyakit dan melancarkan jodoh.

Habib Basirih pada masa hidupnya tergolong seorang alim yang nyeleneh.

Banyak perilakunya yang aneh yang kemudian membuat warga menyebutnya sebagai orang gila.

Walau begitu, sehari-harinya dia sering dipercaya sebagai guru agama Islam dan guru mengaji di kampung Basirih tersebut.

Ketika Khadijah Bahasyim masih kecil, dia ingat sekali almarhum kakeknya ini sering berkhalwat di darat dan di air.

Jika di air, dia sering berendam di sungai dan sumur sambil berzikir untuk waktu yang lama.

Saat di darat, dia berzikirnya sambil nongkrong di atas pohon kelapa.

"Mulutnya berzikir di atas pohon kelapa, sambil tangannya menganyam daun kelapa jadi kulit ketupat. Hasilnya, pohon kelapanya jadi berbuah ketupat," kenangnya.

Habib Basirih juga sering mengumpulkan kayu-kayu atau ranting pohon yang larut di sungai hingga menumpuk banyak.

Kayu-kayu ini tidak dipakainya untuk sumber penghasilan seperti yang dilakukan kebanyakan warga lainnya, tetapi untuk dijadikannya alas tidur.

Walau dianggap aneh dan sering dipanggil orang gila oleh warga, dia ternyata memiliki banyak karomah yang membuatnya menjadi sosok yang berbeda dari orang kebanyakan.

Dia sering berkhalwat di sumur dekat lokasi makamnya, airnya tidak pernah asin, padahal airnya dari sungai yang asin.

Habib Basirih juga memiliki kemampuan indera keenam yang tajam.

Pernah ada kejadian semasa hidupnya, seorang kapten kapal yang merupakan ayah dari sahabatnya hendak tenggelam di perairan Bawean, Gresik, Jawa Timur.

Kapalnya hampir karam dan di saat genting itu sang kapten berteriak meminta pertolongan Habib Basirih.

Di saat yang sama, warga di kampung Basirih malah terheran-heran melihat sang habib tak henti-hentinya menimba air di sumurnya.

"Pas ditanya warga, kakek saya menjawab kalau dia sedang menolong seorang kapten kapal yang kapalnya hendak karam. Warga memandangnya aneh dan tak masuk di akal. Ajaibnya, beberapa waktu kemudian, sang kapten datang menemui kakek saya dan mengucapkan terima kasih atas pertolongannya dia tak jadi ikut tenggelam bersama kapalnya. Aneh kan? Padahal kapten itu di Jawa Timur sana berteriak meminta tolong sementara kakek saya di sini di Banjarmasin," ceritanya.

Keanehan lainnya terjadi saat zaman pendudukan Jepang di Kalimantan Selatan.

Tiba-tiba saja Habib Basirih berujar bahwa seorang haji bernama Haji Umar akan manabas (Bahasa Banjar, artinya memotong) di masjid.

Orang-orang menafsirkan manabas di sini adalah bakal ada seorang haji bakal memotong rumput di masjid, sebab kata manabas biasanya identik dengan aktivitas memotong rumput untuk membersihkan tempat.

"Kata kakek saya, ada Haji Umar handak manabas di masigit (sebentar lagi bakal datang Haji Umar hendak memotong di masjid)," katanya.

Tak lama kemudian, memang ada seseorang mengaku bernama Haji Umar Faisal datang ke masjid-masjid di Banjarmasin untuk memotong, namun bukan memotong rumput tetapi memotong kepala-kepala para pemuka agama Islam dan tokoh masyarakat yang menentang pendudukan Jepang.

Tempat kejadian pembunuhan itu di banyak masjid di Banjarmasin.

Setelah diusut, ternyata Haji Umar Faisal adalah seorang Jepang yang sedang menyamar.

Misinya adalah membunuh para ulama dan tokoh masyarakat Kalimantan Selatan yang menentang perintah Pemerintah Jepang untuk murtad dan menyembah matahari.

"Jadi, kakek saya itu memiliki indera keenam yang tajam. Dia sudah tahu duluan tentang kedatangan Haji Umar Faisal itu tetapi dia menyampaikannya ke masyarakat dengan kata-kata kiasan. Banyak warga yang tak paham maksudnya dan mereka baru mengerti setelah kejadian pembantaian itu," ujarnya.

Habib Basirih merupakan anak seorang pria Arab dari Hadramaut, Yaman Selatan yang menikah dengan perempuan Banjar.

Habib Basirih menikah dengan perempuan Banjar bernama Syarifah Sya'anah dan memiliki empat anak.

Dia wafat di usia 90 tahun sekitar puluhan tahun silam.

Sejak dia meninggal dunia hingga sekarang, makamnya selalu diziarahi orang dan dianggap keramat.

Seorang peziarahnya adalah Ipah dari Kintap, Kabupaten Tanahlaut, Kalimantan Selatan.

Dia datang membawa ibunya yang sedang sakit.

"Usaha aja, siapa tahu dengan berdoa dan berziarah ke makam Habib Basirih penyakit ibu saya sembuh. Tadi, kami minta airnya juga, semoga bisa bermanfaat buat ibu saya," ujarnya.

Lokasi makam ini cukup jauh dari pusat Kota Banjarmasin.

Karena lokasinya di pelosok pinggiran Banjarmasin, tak ada kendaraan umum lewat sini.

Mau kemari, bisa dengan kendaraan pribadi atau umum seperti becak, bajaj atau ojek.

Biasanya, para pengemudi becak, bajaj dan ojek sudah sangat hafal dengan tempat ini.

Jika menggunakan kendaraan pribadi, bisa berkendara sekitar 30-40 menit dari pusat Kota Banjarmasin.

Rutenya, jika dari arah luar kota melalui Jalan A Yani, di sekitar kilometer dua belok kanan ke Jalan Pangeran Antasari.

Setelah ada perempatan lampu merah dekat Masjid Agung Miftahul Ihsan dan Pasar Sentra Antasari ambil jalan ke kiri ke Jalan KS Tubun.

Terus saja sekitar dua kilometer, belok kiri ke Jalan 9 Oktober.

Ada pertigaan, ambil ke kiri, terus saja, lalu ada pertigaan Jalan Gubernur Soebarjo, ada Jembatan Basirih, naik saja ke jembatan itu.

Setelah turunan, belok kanan masuk ke Jalan Keramat Basirih.

Lurus saja, sekitar 600 meter, ada lokasi makam ini di sebelah kanan jalan.

Lokasi makam ini di bantaran Sungai Martapura.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini