Sedangkan dua lapangan sepakbola lainnya kerap digunakan untuk beragam aktivitas, seperti event lari.
Adapun dua lapangan basket outdoor yang letaknya di sudut selatan dengan ukuran sedang.
Tidak jarang lapangan-lapangan tersebut digunakan untuk fasilitas sekolah sepakbola atau basket.
Serangkaian event lainnya juga sering kali menggunakan lahan ini, seperti panggung-panggung festival musik.
Lapangan sepakbola di kawasan Taman Lapangan Banteng, Jakarta. (Tribunnews/Reynas Abdila)
Sejarah Taman Lapangan Banteng
Menurut catatan sejarah, kawasan ini sudah ada sejak zaman kolonial Belanda.
Kala itu, Belanda menamainya dengan nama yang disebut Waterloo Plein.
Waterloo adalah nama kota di Belgia, tempat kekalahan Napoleon melawan pasukan Belanda pada 18 Juni 1815.
Sedangkan Plein artinya lapangan hingga fungsinya saat ini pun masih bertahan.
Sebagai wujud kemenangan Belanda mengalahkan Napoleon kemudian mereka membangun Tugu Singa dengan lambang Kerajaan Belanda.
Seiring perjalanan waktu, Tugu Singa dihancurkan militer Jepang pada 1943.
Nama Lapangan Tugu Singa kemudian diganti menjadi Lapangan Banteng oleh Presiden RI-1 Soekarno sebagai simbol gerakan nasionalisme Indonesia.
Barulah pada tahun 1962, Patung Pembebasan Irian Barat dibangun sebagai sebuah peringatan mengusir penjajahan Belanda.
Dalam perjalananya, Lapangan Banteng sempat beralih fungsi menjadi terminal bus.
Namun lantaran kehadiran terminal dinilai tidak layak di areal pusat kota, maka fungsi taman kembali dihidupkan pada tahun 1993.