Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, BOGOR - Museum Etnobotani yang berada di Jalan Ir H. Juanda No. 22-24, Kota Bogor memberikan inspirasi melalui kearifan budaya lokal dan juga tentang pemanfaatan tumbuhan.
Etnobotani adalah cabang ilmu tumbuh-tumbuhan yang mempelajari hubungan antara suku-suku asli suatu daerah dengan tumbuhan yang ada disekitarnya.
Istilah etnobotani pertama kali diperkenalkan oleh seorang antropologi Amerika bernama Harsberger pada tahun 1895.
"Museum Etnobotani memiliki koleksi artefakta serta memberikan informasi tentang melestarikan kekayaan flora dari berbagai jenis tumbuhan," ujar petugas museum di pintu masuk, Jumat (24/7/2015).
Pada museum ini pengunjung dapat melihat aneka jenis kayu maupun rotan yang dibentuk menjadi alat-alat rumah tangga, alat perang (berburu), hasil kerajinan, permainan anak, pakaian suku pedalaman, dan lainnya.
Bila masuk ke dalam pengunjung akan langsung melihat pembudidayaan perkakas dan alat berburu di sebelah barat daya.
Di antaranya ada tombak yang terbuat dari kayu atau besi yakni pada zaman dahulu digunakan sebagai alat perang suku pedalaman Tana Toraja, Sulawesi Selatan.
Adapun anak panah berbahan bambu yang pada zamannya kerap dipakai penduduk Saumlaki, Maluku Tenggara.
Busur panah terbuat dari kayu atau rotan untuk berburu juga di koleksi di sini dan hingga sekarang masih digunakan oleh penduduk Kalimantan Timur.
"Ada artefakta senjata perang yang dapat ditemui seperti kelempit (tameng) yang dipakai penduduk Kutai, Kalimantan Timur," ujar petugas itu memberi contoh.
Contoh lainnya yang masih kerap digunakan yaitu panah serta busur berbahan batang aren untuk berburu penduduk Jayapura, Irian Jaya.
Gedung Museum Etnobotani yang terletak di Jalan Ir. H. Juanda No. 22-24, Kota Bogor. (Tribunnews/Reynas Abdila)
Koleksi Museum Etnobotani saat ini berjumlah 1.700 nomor yang berasal dari seluruh nusantara mulai dari Nangroe Aceh Darussalam sampai dengan Papua.
Pemanfaatan Tumbuhan