Pelancong amat disarankan tidak menyentuh terumbu karang agar tidak mengganggu proses pertumbuhannya.
Terumbu karang di sekitar Tambelan baru kembali tumbuh setelah rusak akibat racun dan bom ikan. Belum banyak jenis dan bentuknya.
Saat mencebur ke laut, hati-hati juga pada bulu babi yang bertebaran di dasar laut. Agenda pelesir bisa berantakan apabila badan demam dan kaki sakit gara-gara tertusuk duri bulu babi.
Paling penting lagi, tanya ke penduduk soal perairan yang sebaiknya dihindari karena menjadi habitat buaya air asin, kecuali hendak memicu adrenalin.
Sebaiknya hindari perairan yang terlalu tenang dan dekat hutan bakau karena di sana buaya paling mudah berenang.
Apabila punya kapal dan bisa menyelam, memang bisa melihat lebih banyak variasi terumbu di Kepulauan Tambelan. Tujuan antara lain bisa diarahkan ke Pulau Pengikik yang dapat dicapai dengan menumpang perahu cepat selama empat jam.
Sarana transportasi utama ke sana memang hanya kapal. Pesawat belum bisa ke sana karena bandara masih dibangun. Kapal pun tidak ke semua pulau. Kapal-kapal perintis dan kapal cepat hanya singgah di Pulau Tambelan Besar.
Dari sana, perjalanan bisa dilanjutkan dengan kapal-kapal kayu berbobot hingga 20 gros ton ke pulau-pulau lain di kepulauan itu.
Ada empat kapal perintis siap mengantar ke Pulau Tambelan, pulau utama. Kapal-kapal itu menghubungkan Tambelan dengan Tanjung Pinang dan Natuna di Kepulauan Riau.
Sebagian lagi menghubungkan Tambelan dengan Sintete di Kalimantan Barat. Dari Tanjung Pinang butuh pelayaran selama 24 jam untuk mencapai Tambelan dengan kapal perintis. Sementara dari Sintete butuh pelayaran selama 10 jam dengan kapal perintis yang sama.
Kepulauan yang berstatus kecamatan itu terletak di 360 kilometer di arah timur Pulau Bintan. Meski termasuk wilayah Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau, Tambelan justru lebih mudah dicapai dari Pontianak dan Sintete, Kalimantan Barat.
Apa pun pilihan titik keberangkatan, segeralah ke Tambelan.. (Kris Razianto Mada)