Ucapan terima kasih atas kejutan yang luar biasa reyog bisa ditampilkan secara masal, secara kolosal sehingga bisa membuat 'gemuyune wong cilik', yang artinya bisa membuat senang rakyat banyak.
Kemeriahan atraksi massal ratusan Reog Ponorogo di HUT ke-519 kota ini di alun-alun setempat (Kompasiana/ Nanang Diyanto)
Secara resmi bupati Ponorogo membuka parade reyog masal ini dengan membunyikan cemeti Samandiman (kw-7) yang selanjutnya diserahkan kepada penari klono sewandono, sebagai pertanda untuk segera memimpin tarian reyog kolasal ini.
Karena dalam tarian reyog klono sewandono adalah pemimpin rombongan dalam perjalanan sehingga tercipta cerita tarian reyog ini (versi kerajaan Wengker).
Setelah menerima cemeti samadiman penari kono sewandono langsung menuju ke tengah arena, gamelan dipukul bertalu-talu, semua reyog yang tadinya ditidurkan di lapangan segera diangkat dan ditarikan oleh pembarong, kencangnya angin membuat sebagian pembarong terpelanting karena lebar reyog tak mampu menerima terpaan yang mebuat berat semakin berlebih dari biasanya.
Para penari warog segera menengah dan dan menari mirip para jagoan yang sedang bertempur adu kesaktian antar warog satu dan lainya, panasnya lapangan dari paving tak dirasa oleh kaki mereka meski tanpa pakai pengalas, begitu juga penari ganongan menari berjumaplitan seperti akrobat, salto sana sini menunjukan kelincahannya sebagai telik sandi seperti cerita awal reyog diciptakan.
Jathilan yang Ayu Rupawan
Sementara penari jathilan lemah lembut, ditarikan remaja-remaja putri yang ayu rupawan yang sedang mengawal klono sewandono, tariannya pun atraktif meski penarinya perempuan. Peluh mengalir dari rias pipinya maklum panas masih dirasa meski jam sudah menunjukan pukul 3 sore.
Tarian semakin jadi ketika gamelan ditabuh semakin kencang dan rancak membuat para menari meningkatkan tempo tarian. Sorak sorai penonton yang dipinggir semakin menyemangati mereka.
Luar biasa penonton dan para pengambil gambar kali ini lebih teratur, mungkin pagar pembatas yang ditempatkan memutar seluar tempat menari membuat penonton tertip.
Besar kecil, tua muda, lelaki perempuan tumplek bleg di alun-alun, mereka tidak mau ketinggalan moment langka ratusan reyog menari bersama.
Dibutuhkan stamina prima untuk menjadi pemain Reog Ponorogo (Kompasiana/ Nanang Diyanto)
Tertibnya penonton dan para penggambil gambar kali ini mendapat acungan jempol dari panitya (Hari Subagyo), semoga pada kirab budaya yang mengambil rute pendopo kabupaten sampai jalan baru hari Minggu mendatang, sehingga kirab budaya bisa dinikmati dan berjalan tertib sehingga tidak mengecewakan pengunjung, terutama dari luar daerah.
Lebih lanjut dia mengingatkan agar masyarakat bisa hadir menonton prosesi dan gelaran hari jadi yang masih akan berlangsung seminggu kedepan.
Pada akhir acara, bupati Amin yang telah 10 tahun memimpin Ponorogo dan menjelang mengakhiri masa jabatanya periode kali ini, diangkat dan didudukan diatas kepala reyog dan diarak ketengah arena untuk ikut menari bersama ratusan penari.
Kesempatan tak disia-siakan oleh para masyrakat yang ingin berfoto selfie dengan bupati ataupun penari, begitu pagar dibuka byuuur.... lapangan jadi penuh dengan luapan gembira.
"Selamat hari jadi Ponorogo ke 519"
(Kompasiana.com/ Nanang Diyanto)