Laporan Wartawan Tribun Jambi, Wahid Nurdin
TRIBUNNEWS.COM, JAMBI – Berkunjung ke suatu daerah rasanya kurang lengkap kalau belum singgah di ikon kota tersebut.
Di Jambi, Tugu Jam Kota Baru bisa menjadi referensi Anda untuk berselfie ria sembari bersantai.
Tugu Jam Kota dijadikan tempat bersantai oleh warga. (Tribun Jambi/Wahid Nurdin)
Jika mau berkunjung ke tempat ini, baiknya pilih waktu sore atau malam hari.
Jika sore hari, Anda bisa santai sembari sepedaan, dengan menyewa biaya sepeda mulai Rp 5000 perjam.
Malam hari, suasana lebih semarak dengan hadirnya para pekerja kreatif lapangan (PKL) yang membuka mini kafe di sepanjang jalan di area tersebut.
Nah, jika sudah duduk santai di sini, jangan lupa cicip teh talua alias teh telur.
Teh Talua di Jambi sedikit berbeda dengan yang ada di Sumatera Barat karena tak menggunakan perasan jeruk nipis.
Tugu Monas Jambi saat malam hari. (Tribun Jambi/Wahid Nurdin)
Teman makan teh talua biasanya roti bakar atau pisang cokelat ala Jambi.
Tugu jam Kota Baru biasa disebut tugu monas karena bentuknya menyerupai monumen nasional Jakarta, tentu saja dengan ukuran lebih kecil.
Menurut budayawan Jambi, Junaidi T Noor, awalnya tugu ini hanyalah tugu jam biasa.
Namun dalam perkembangan desainnya diputuskan untuk memberikan simbol api pada puncak tugu, sebagai simbol semangat pembangunan Kota Jambi.
Tugu Monas Jambi dibangun kisaran tahun 1970an, seiring pembangunan kompleks perkantoran dan gedung DPRD Kota Jambi.
Pada bagian dasar tugu terdapat empat patung angsa yang menghadap empat penjuru mata angin sebagai simbol arah.
Patung angsa yang terdapat di Tugu Jam Kota Baru, Jambi. (Tribun Jambi/Wahid Nurdin)
Angsa sendiri merupakan simbol lahirnya Jambi.
Bundaran Monas Kota Baru menjadi titik tri argulasi Kota Jambi, sehingga tugu Monas ini sekaligus menjadi tanda titik nol kilometer Jambi.
Berada di pusat perkantoran dan pemerintahan Kota Jambi, rasanya tak sulit menemukan tempat ini.