News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Wisata Bangka Belitung

Wisma Ranggam dan Pesanggrahan Menumbing, Jejak Sejarah 2 Proklamator di Pulau Bangka

Editor: Malvyandie Haryadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pesanggrahan Muntok atau Wisma Ranggam di Kecamatan Muntok, Kabupaten Bangka Barat, Bangka Belitung, tempat Presiden Soekarno, dan tiga tokoh pejuang lain diasingkan antara tahun 1948 hingga 1949. Pesanggrahan itu dibangun Bangka Tien Winning pada 1827 sebagai tempat peristirahatan karyawan perusahaan timah milik Belanda itu.

Laporan Wartawan Bangka Pos, Alza Munzi Hipni

TRIBUNNEWS.COM, BANGKA – Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan lokasi pengasingan Sang Proklamator Soekarno-Hatta, pada tahun 1948 sampai 1949.


Ruang kerja Soekarno saat diasingkan di Wisma Ranggam.  (Alza Hipni)

Ada dua tempat yang dijadikan tempat Soekarno dan Hatta tinggal yakni Wisma Ranggam dan Pesanggrahan Menumbing.

Kedua tempat bersejarah ini berada di Kota Muntok yang berjarak sekitar 130 km dari Kota Pangkalpinang, ibukota Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Lokasi ini dapat ditempuh dalam waktu 3 jam.

Akses jalan aspal yang relatif mulus, membuat perjalanan menggunakan sepeda motor atau mobil sangat lancar.

Dari Pangkalpinang, melewati sejumlah perkampungan warga yang diselingi kebun kelapa sawit.

Tiba di Muntok, Wisma Ranggam mudah ditemui yang berada di pinggir jalan dan sering disebut Kampung Eropa.

Halamannya sangat luas dan terlihat bersih. Di depannya berdiri sebuah tugu setinggi 3 meter.


Mobil sedan kuno keluaran Ford De Luxe 8 berplat BN 10 di Pesanggrahan Menumbing

Sayangnya, tidak ada angkutan umum khusus yang melayani trip ke Wisma Ranggam.

Kalaupun ada, jasa tukang ojek dengan biaya kisaran puluhan ribu rupiah jika ditempuh dari penginapan di pusat Kota Muntok.

Di lokasi ini, tidak terlihat penjual souvenir yang menggambarkan oleh-oleh khas Wisma Ranggam.

Pengunjung biasanya hanya berfoto dan mendengar penjelasan dari juru pelihara wisma.

Sedangkan, Pesanggrahan Menumbing berjarak sekitar 10 Km dari Wisma Ranggam.

Dari jalan pintu masuk pertama, ada penjaga yang menarik iuran Rp 2.000 per orang.

Jalan menuju pesanggrahan terus menanjak hingga mencapai 4 Km untuk mencapai puncak bukit.

Lebar jalan aspal cuma tiga meter, sehingga pengendara mobil harus ekstra hati-hati, apalagi ada kendaraan lain dari arah sebaliknya.

Di kiri dan kanan jalan, dihiasi pepohonan lebat dan bebatuan besar.

Sebagai hutan konservasi, tumbuhan di Hutan Menumbing masih terjaga baik.

Tidak jarang terdengar teriakan suara monyet dan kicauan burung dalam perjalanan menuju pesanggrahan. Semakin mendekati pesanggrahan jalan semakin menanjak.

Bahkan, ada tulisan di sebuah batu besar yang mengingatkan pengendara memindahkan perseneling ke posisi satu.

Tiba di puncak bukit setinggi 445 meter dari atas permukaan laut, suasana terasa sejuk. Sejauh mata memandang terlihat lautan lepas.

Ada tiga bangunan berdiri, pertama Pesanggrahan Menumbing, kedua berupa wisma dan paviliun.

Tidak ada angkutan khusus dari Kota Muntok menuju tempat ini. Biasanya pengunjung menggunakan kendaraan pribadi, menyewa kendaraan atau ikut tur wisata.

Suvenir dijual di bagian depan pesanggrahan berupa gelas bergambar Soekarno dan pernak pernik lainnya. Harganya mulai dari Rp 20 ribuan.

Pesanggrahan Menumbing


Berada di puncak Gunung Menumbing berketinggian 445 meter di atas permukaan laut (dpl), keberadaan Pesanggrahan Menumbing sangat terpencil.

Dari sana, terlihat jelas laut lepas ke arah Selat Bangka.

Bangunan kokoh bercat putih, tampak asri dengan pepohonan di sekelilingnya.

Masuk ke dalam ruangan pesanggrahan, terdapat ruang tamu yang dulunya pada masa kolonial Belanda digunakan sebagai tempat berkumpul masyarakat lokal mengadakan syukuran peresmian gedung tersebut, sekitar tahun 1930.

Tepat di sebelah kanan, jejeran meja dan kursi berbahan kayu seperti tempat rapat masih tersusun rapi dan terawat.

Dari tempat ini, terlihat jelas sebuah mobil sedan kuno keluaran Ford De Luxe 8 berplat BN 10.

Mobil berwarna hitam yang mesinnya hilang entah kemana itu, dipajang tepat di depan sebuah kamar yang pernah ditempati oleh sang Proklamator RI Soekarno - Hatta.

Ruangan tempat Soekarno dan Hatta pernah tinggal itu, terbagi dua bagian. Pertama dari pintu kamar, terdapat ruangan berukuran sekitar 4x5 meter.

Di dinding tembok putih menghadap ke pintu kamar, sebuah meja dan kursi yang semakin usang termakan usia.

Di meja inilah, Soekarno sering melakukan aktivitas menulis dan membaca. Di sebelah kiri ruangan pertama, ada pintu yang menghubungkan kamar Soekarno.

Ada dua ranjang masing-masing berukuran 1x2 meter terbuat dari kayu, berdekatan satu sama lain.

Wisma Ranggam


Wisma Ranggam atau sebelumnya dikenal Pesanggrahan Muntok berada di tengah pemukiman penduduk di tepi jalan Kota Muntok.

Bekas-bekas keramaian zaman dulu masih terlihat, yang ditandai beberapa bangunan kuno berdinding tinggi dengan arsitektur Eropa di sekitar Wisma Ranggam.

Awalnya Wisma Ranggam dibangun pada tahun1827 oleh Banka Tin Winning (perusahaan tambang timah Belanda) terbuat dari kayu dan papan yang disebut pesanggrahan.

Lalu diubah Belanda 1890 menggunakan tembok tanpa mengubah arsitektur aslinya karya Y Lokalo.

Sebenarnya untuk penginapan pendatang. Tetapi digunakan Belanda untuk tempat pengasingan.

Pada kurun waktu tahun 1948 sampai 1949, Soekarno, Menlu Agus Salim Menlu, Wakil PM M Roem, Menteri Pengajaran Ali Sastroamidjojo di tempat ini.

Wisma Ranggam berukuran 32x15,6 meter untuk ukuran ruang utama dan ruangan sayap 8x14 meter.

Bangunan bercat kuning krem itu terdiri dari sepuluh ruangan yakni di bagian depan sebelah kiri pintu masuk sebagai tempat tidur Agus Salim berukuran 4x6 meter.

Di sebelahnya berdempetan dinding, berukuran 5,5x4 meter sebagai kamar Bung Karno.

Ada dua pintu di kamar ini, pintu masuk dan satu pintu keluar ke halaman samping.

Ruangan lainnya untuk kamar M Roem, Ali Sastroamidjojo, ruang pertemuan dan ruang tamu.

Kamar Bung Karno terlihat seperti kamar-kamar penginapan sederhana.

Apalagi saat ini, tidak ada lagi ranjang yang digunakan Bung Karno untuk beristirahat. Hanya ada sebuah koper besi ukuran 1x0,5 meter.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini