Laporan Wartawan Tribun Jateng, Rika Irawati
TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - Museum Radya Pustaka merupakan destinasi yang wajib Anda kunjungi saat berlibur atau singgah di Kota Solo.
Di museum tertua di Indonesia tersebut, Anda akan mendapat gambaran tentang Solo dan keraton Kasunanan Surakarta melalui koleksinya.
Memasuki halaman museum, Anda akan disambut patung setengah dada Rangga Warsita, pujangga kenamaan Keraton Surakarta di abad 19.
Koleksi arca di Museum Radya Pustaka, Solo. (Tribun Jateng/Rika Irawati)
Sementara di teras museum, terdapat meriam beroda dan meriam kecil milik keraton.
Memasuki bangunan utama, di ruang pertama, terdapat koleksi topi kebesaran militer keraton dari masa ke masa.
Koleksi-koleksi ini tertata rapi di dalam etalase kaca di sisi kanan pintu masuk.
Sementara di sisi kiri, ditata meja dan kursi kayu zaman dulu.
Di ruang kedua sisi kanan, terdapat koleksi pusaka.
Koleksi keris di Museum Radya Pustaka. (Tribun Jateng/Rika Irawati)
Tak hanya keris yang menjadi ciri khas senjata Jawa Tengah tetapi juga ada golok dan tombak berbagai bentuk.
Terdapat pula keterangan bagian-bagian dari keris yang memudahkan pengunjung memahami fungsi dari senjata itu.
Sementara di ruang kedua sisi kiri, terdapat koleksi guci dan keramik. Ada piring dan gelas kristal.
Yang menarik, di lemari kaca yang diletakkan di tengah ruangan, disimpan piala porselen cantik.
Piala berwarna gelap ini dihiasi aksesoris emas.
Pawukon horoskop. (Tribun Jateng/Rika Irawati)
Di keterangan yang tertempel di lemari tersebut diketahui, piala itu hadiah dari Napoleon Bonaparte (jenderal dan Kaisar Prancis) untuk Susunan Pakubowono (PB) IV.
Tak kalah menarik, di ruang ketiga sisi kanan, terdapat koleksi arca asli dan replika.
Mayoritas, arca di ruangan ini berbentuk mini berbahan tembaga.
Ada Arca Shiwa, Wisnu, Durga, Ganesha, Dewa Kuwera, Vajrapani, Prajaya Paramitha, juga Dewi Sarasvati.
Sementara di sisi kiri, terdapat perpustakaan.
Buku-buku yang tersimpan di perpustakaan ini tak hanya bertulisan latin tetapi juga aksara jawa kuno.
Mayoritas merupakan buku sejarah maupun budaya, semisal Buku Babad dan Serat Carik maupun Serat Cetak.
Tak hanya beraksara Jawa, buku berbahasa Belanda juga menghiasi rak buku di perpustakaan ini.
Koleksi uang kuno. (Tribun Jateng/Rika Irawati)
"Koleksi buku di perpustakaan museum cukup lengkap. Buku-buku kuno tentang kehidupan keraton zaman dulu dan abdi dalem yang saya butuhkan untuk skripsi, ada. Petugas di perpustakaan juga sangat membantu ketika saya tidak mengerti makna cerita di buku-buku itu," kata Riandini, mahasiswi Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS).
Di ruangan terakhir di bangunan utama, terdapat beragam koleksi.
Mulai dari uang kertas dan koin lama dari beberapa negara, juga pakaian adat jawa berupa beskap.
Di dinding sisi kiri terdapat Pawukon Horoskop Jawa.
Ada tiga puluh wuku atau perlambang sifat-sifat manusia yang dilahirkan pada hari-hari tertentu, layaknya horoskop.
Biasanya, Pawukon Horoskop Jawa ini digunakan masyarakat yang percaya untuk menentukan tanggal baik menggelar pesta pernikahan dan kegiatan lain.
Di bagian tengah ruangan, diletakkan seperangkat gamelan. Ada juga tandu pengangkut sesaji dan replika atau miniatur.
Di pojok ruangan ini terdapat ruangan khusus yang menyimpan kepala raksasa yang dijuluki Kyai Rajamala.
Patung kepala berwarna merah menyala ini memiliki hidung panjang dan kumis tebal.
Yanti, tourguide Museum Radya Pustaka mengatakan, Rajamala merupakan patung kepala raksasa yang terbuat dari kayu yang sempat menghiasi kapal yang digunakan PB V mengarungi Sungai Bengawan Solo.
Patung Rajamala ini menjadi satu ikon Kota Solo.
Di samping timur bangunan utama atau di lorong jalan keluar museum, diletakkan arca berbagai ukuran.
"Patung-patung dari batu itu ditemukan di daerah sekitar Solo. Selain arca, ada juga prasasti berhuruf Tiongkok," kata Yanti.
Menurut keterangan di museum, Radya Pustaka didirikan KRA Sosrodiningrat IV pada 28 Oktober 1890.
Saat itu, koleksi museum disimpan di bangunan yang dibeli PB X dari Johannes Busselaar, warga Belanda, yang disebut Loji Kadipolo.
Radya Pustaka sempat menjadi buah bibir lantaran kasus hilangnya arca-arca koleksi museum ini.
Sejak kasus tersebut, pengelolaan museum yang dipegang Yayasan Radya Pustaka mulai dibenahi.
Museum di Jalan Slamet Riyadi No 275 atau di kompleks Taman Sriwedari ini buka Selasa-Minggu, pukul 09.00-14.00.
Tiket masuk museum Rp 2.500 per orang untuk pelajar berseragam, Rp 5.000 per orang untuk masyarakat umum, dan Rp 10.000 per orang untuk wisatawan asing.
Anda bisa menjangkau museum ini menggunakan Batik Solo Trans (BST) koridor I.
Cukup membayar tiket Rp 4.000 per orang, Anda bisa turun di shelter Gramedia Slamet Riyadi atau tepat di seberang jalan Museum Radya Pustaka. (*)