“Aceh yang ditasbihkan sebagai world islamic tourism sudah selayaknya mempunyai ciri khas buah tangan yang mewakili hal itu. Ija kroeng bukan sekedar brand, tapi milik orang Aceh yang selama ini belum dipatenkan,” tutur Khairul yang ditemui di gudang Ija Kroeng di Jalan Residen Danu Broto No 13 Desa Geuceu Kayee Jato, Kecamatan Banda Raya, Kota Banda Aceh.
Ija Kroeng launching dan dipatenkan pada Maret 2015 lalu dan mendapat sambutan hangat dari masyarakat.
Brand yang memakai nama lokal itu kerab diundang meramaikan stan pameran pemerintah.
Sebut saja Pekan Kreatif, Ramadhan Fair, dan yang terbaru Peringatan 100 Tahun Museum Aceh.
Proses pembuatan kain sarung Ija Kroeng (Serambi Indonesia/ Nurul Hayati)
Even piasan (pagelaran) seni dan momen musim haji pun sudah masuk dalam agenda selanjutnya.
Khairul menyasar warga lokal sekaligus pelancong sebagai segmen pasar.
Hal itu bukan tanpa alasan mengingat di Aceh budaya bersarung masih lestari hingga kini.
Pun kualitas brand ija kroeng cocok untuk ditenteng sebagai oleh-oleh.
Proses produksi
Brand kain sarung ija kroeng merupakan home made yang menjual keunikan sekaligus kualitas sebagai daya jual.
Menggunakan bahan 100 persen katun yang benangnya diimpor dari India dan ditenun di Tangerang.
Setiba di Aceh bal kain tersebut dipotong dan dijahit sesuai kebutuhan yang digarap oleh dua orang tenaga kerja.
Varian produk
Selain menyediakan kain sarung, brand ija kroeng juga menawarkan goodie bag, syal, serta kaos.