Laporan Wartawan Sriwijaya Post: Bery Supriyadi
TRIBUNNEWS.COM, INDRALAYA - Kabupaten Ogan Ilir (OI), Sumatera Selatan, memang terkenal sebagai daerah pengrajin.
Tak cuma pengrajin kayu, batu, emas, besi atau pun alumunium, sebagian masyarakat di OI juga ada yang mendapat penghasilan dari tanaman purun.
Dua orang pengrajin sedang membuat tikar dari bahan purun di Desa Tanjung Atap, Kecamatan Tanjung Batu, Kabupaten Ogan Ilir. (Sriwijaya Post/Bery Supriyadi)
Salah satu kelompok pengrajin yang mengolah purun menjadi barang bernilai ekonomis adalah di Desa Tanjung Atap, Kecamatan Tanjung Batu, Kabupaten OI.
Di tangan para pengrajin di desa ini, tanaman purun disulap menjadi tikar, tas, kipas, sendal dan berbagai macam bentuk kerajinan tangan lainnya.
Purun merupakan jenis tumbuhan rumput yang hidup liar di dekat air atau daerah rawa.
Di Kabupaten OI, purun memang mudah ditemukan, karena banyak tumbuh di sekitar lahan warga.
Dalam proses pengolahan purun untuk dijadikan bahan kerajinan, purun harus diolah terlebih dahulu menjadi bahan baku.
Purun terlebih dahulu dijemur sampai kering, kemudian bagian pangkal dan ujung dibersihkan dengan cara dipotong.
Purun kemudian diberi warna dengan cara direndam ke dalam air panas yang telah diberi pewarna.
Setelah diwarnai, purun kembali dijemur sampai kering agar warna tidak mudah luntur.
Kerajinan khas Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan. (Sriwijaya Post/Bery)
Selanjutnya, purun ditumbuk agar pipih, dan siap dijadikan bahan baku kerajinan tangan.
Ketua Pembina Anyaman Tikar Purun Desa Tanjung Atap, Karyani Usuluddin menjelaskan, seiring perkembangan zaman, produk anyaman tikar terkesan kurang diminati.
Sebabnya, kemampuan desain yang dimilki para pengrajin tidak mendukung.