News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kuliner

Nasi Mandi Kambing dan Kufta Kebab, Menu Favorit Warga Timur Tengah di Puncak, Jawa Barat

Editor: Malvyandie Haryadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Nasi Mandi Kambing

TRIBBUNNEWS.COM - Mandi yang satu ini memang nikmat. Namun, jangan bayangkan mandi, ritual membersihkan diri.

Mandi yang dimaksud adalah nasi mandi, kuliner khas Timur Tengah.

Olahan khas ini cukup mudah dicari di Jakarta.


Kufta kebab yang menggunakan daging kambing.  (pinchseasonings.com)

Namun, jika ingin bertualang kuliner Timur Tengah dengan suasana berbeda, cobalah ke kawasan Puncak, Kabupaten Bogor.

Puncak, kawasan yang terdiri atas tiga kecamatan, yakni Ciawi, Megamendung, dan Cisarua, amat dikenal oleh bangsa Timur Tengah.

Tidak percaya? Jika suatu saat pergi ke Timur Tengah, yakinlah salah satu orang yang akan ditemui mengenal Indonesia, terutama keindahan alam Puncak.

Di wilayah Warung Kaleng atau Pasar Cisarua, banyak ditemukan fasilitas penukaran uang riyal, bahkan deretan toko penyedia produk bahan makanan, minuman, dan wewangian Timur Tengah.

Di antara orang yang lalu lalang di sana, banyak yang berkomunikasi dengan bahasa Arab, Persia, atau bahasa lain yang biasa digunakan bangsa Timur Tengah.

Kembali ke kuliner khas, ada restoran pendatang baru yang cukup menarik untuk dicoba di Jalan Raya Puncak Km 85, Cisarua.


Suasana di kedai Arab Bakery, Jalan Raya Puncak, Cisarua, Kabupaten Bogor. Di sepanjang Jalan Raya Puncak setidaknya ada 13 restoran dan kedai yang menyajikan berbagai jenis kuliner Timur Tengah. (Kompas/Ambrosius Harto)

B’tur menarik mata calon pengunjung dengan sentuhan dinding kayu dan jendela-jendela kaca di bagian depannya serta ruang parkir terbuka cukup lebar.

Tak cuma kuliner Timur Tengah, B’tur juga menawarkan menu-menu khas Barat, Asia, dan lokal Indonesia.

Di antara restoran penyedia kuliner Timur Tengah, B’tur termasuk di posisi paling atas Jalan Raya Puncak, Bogor.

Bagi yang melaju dari arah Jakarta, jauh sebelum menemukan B’tur, ada Restoran Al Hambra di Jalan Raya Puncak Km 72, Megamendung.

Kedua restoran itu relatif baru beroperasi. B’tur sudah buka sejak 10 bulan lalu, Al Hambra baru beroperasi empat bulan terakhir.

Kehadiran keduanya melengkapi sederet restoran Timur Tengah lain yang lebih dulu ada di Puncak.

Di B’tur, Selasa (4/8/2015), Kompas mencicipi sajian mandi dajaj atau nasi mandi dengan daging ayam karena daging kambing saat itu tidak tersedia.

Ah, sayang sekali, padahal dalam pemikiran ini, apa nikmatnya kuliner Timur Tengah tanpa daging ternak yang bersuara mengembik itu.

Selain itu, dipesan juga roti hobus, dan disempurnakan dengan lemonana, sari lemon dengan daun mint.

Ada beberapa paket makanan, seperti paket sosis, salad, kentang goreng, dan minuman virgin mojito yang menyegarkan.

Kedua menu itu merupakan perwakilan kuliner Barat. Lidah ini sedang dipaksa untuk menerima kuliner dari dua kebudayaan yang amat berbeda.

Hasilnya? Sukses, makanan dan minuman amblas masuk perut.

Nasi mandi teramat khas karena aroma rempah-rempah yang kuat serta ada kacang-kacang dan kapulaga di dalamnya. Nikmatnya juara.

Selepas makan siang di B’tur, tiada salahnya menikmati suasana Puncak yang sejuk dan aduhai. Jalan Raya Puncak, Selasa itu, macet.

Kemacetan yang dulu hanya terjadi saat akhir pekan, kini adalah rutinitas harian.

Inilah rezeki sekaligus kutukan bagi Puncak, surga wisata terdekat bagi orang Jakarta, Depok, Tangerang, dan Bekasi.

Dalam perjalanan turun, ada toko roti Arab Bakery yang mencuri perhatian.

Di toko ini, kita bisa melihat proses pembuatan dan mencicipi tamis besar yang bundar, gurih, dan lembut.

Roti dengan wijen itu dijual satuan utuh senilai Rp 15.000 di toko yang baru beroperasi belum sebulan itu.

Kebab


Kemudian, perjalanan berlanjut sampai menemukan Al Hambra.

Di Al Hambra, penulis memesan surba adas dan lentil soup, kufta kebab, jus kurma, serta limun buah bersoda (fruit punch).

Untuk semua menu tadi, biaya yang dihabiskan Rp 248.500. Masih cukup masuk akal untuk menu nan mewah dan lezat kreasi restoran yang mentereng, resik, dan nyaman.

Kufta kebab direkomendasikan pramusaji setempat.

Di sini, daging untuk kufta kebab adalah daging kambing utuh, bukan giling.

Meski bukan daging giling, tekstur daging kambing panggang dan berbumbu rempah itu cukup lembut.

Sepotong daging ditaruh di roti hobus yang disobek, perpaduan sempurna di mulut.

Bisa juga dengan menyeruput surba adas, sup kuning yang berkuah amat kental sarat bahan dan bumbu yang dihaluskan. Sup itu juga amat pas menjadi sasaran cocol roti hobus.

Selepas menikmati teh hangat dan hujan telah reda, saat yang tepat untuk pulang.

Seluruh kenangan kuliner Timur Tengah masih melekat di lidah dan hati saat melaju menembus malam yang dingin menuruni Jalan Raya Puncak kembali ke dekapan kehidupan kota. (Ambrosius Harto/Ratih Prahesti Sudarsono)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini