News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Wisata Jakarta

Ajak Anak Ke Museum Sumpah Pemuda, Agar Mereka Paham Sejarah Cikal Bakal Kemerdekaan RI

Penulis: Reynas Abdila
Editor: Agung Budi Santoso
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Salah satu diorama di dalam Museum Sumpah Pemuda di dalam Gedung Sumpah Pemuda di Jalan Kramat Raya, No. 106, Jakarta Pusat.

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Di antara banyak gedung bersejarah di Jakarta, Gedung Sumpah Pemuda di Jalan Kramat Raya, No. 106, Jakarta Pusat menyimpan peristiwa paling penting tentang sejarah kemerdekaan Indonesia.

"Gedung ini dahulu dijadikan lokasi Kongres Pemuda ke II dari organisasi di berbagai daerah sebelum Indonesia merayakan kemerdekaan," ujar seorang petugas museum kepada Tribun Travel, Kamis (20/8/2015).

Pada tahun 1928, ketika itu Nusantara tanah air masih berada di bawah penjajahan Belanda.

Kaum intelektual muda dari berbagai daerah, budaya, dan agama berkumpul menyelenggarakan Kongres Pemuda II di gedung ini.


Salah satu diorama di dalam Museum Sumpah Pemuda di dalam Gedung Sumpah Pemuda di Jalan Kramat Raya, No. 106, Jakarta Pusat (Tribunnews.com/ Reynas Abdila)

Mereka mengucapkan sumpah yang berbunyi "Satu Tanah Air, Satu Bangsa, dan Satu Bahasa: Indonesia."

"Di sini pula tempat dibacakannya Sumpah Pemuda yang dan dinyanyikannya lagu Indonesia Raya untuk pertama kali," ujarnya.

Semangat Sumpah Pemuda mencapai klimaksnya pada 17 Agustus 1945 saat Soekarno dan Hatta atas nama bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaan.

Sejarah ini diawali dengan perkumpulan Boedi Oetomo pada tahun 1908 kemudian pergerakan kepemudaan mulai terorganisasi secara baik.

Di negara Belanda, mahasiswa yang berasal dari Indonesia mendirikan Indisch Vereneging (1908).

Sedangkan di tanah air terus bermunculan organisasi kepemudaan dan kepanduan antara lain Indisch Party (1912), Jong Java Paderinderes (1922).

Melalui Kongres Pemuda ke II, organisasi kepemudaan di Indonesia mengikrarkan tekad persatuan yang dikenal dengan Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928.

Faktor pemicu lainnya yakni pendudukan Jepang atas Indonesia untuk persiapan meraih kemerdekaan.

Organisasi Sebelum Sumpah Pemuda

Pergerakan nasional Indonesia berawal pada berdirinya Boedi Oetomo di Jakarta, 20 Mei 1908.

Kelahiran organisasi ini disambut oleh pelajar Bogor, Surabaya, Bandung, Yogyakarta serta cabang Boedi Oetomo pun segera muncul di kota-kota tersebut.

Di Belanda, para pelajar Indonesia juga berniat membuka cabang Boedi Oetomo yakni Vereeniging (Perhimpunan Hindia) yang netral pada 22 Desember 1908.


Museum Sumpah Pemuda tampak dari luar (Tribunnews.com/ Reynas Abdila)

Setelah Boedi Oetomo berkiprah, sejumlah perkumpulan pemuda lahir di berbagai daerah, seperti Tri Koro Dharmo (kemudian ganti nama menjadi Jong Java tahun 1915).

Dan juga Jong Sumatranen Bond (1917), Jong Celebes (1925), Jong Islamleten Bond (1925), dan Pemuda Kaum Betawi (1927).

Pada masa-masa itu jugalah terbentuk berbagai organisasi kepanduan, seperti Javaansche Padvinderij Organisatie (JPO, Organisasi kepanduan Jawa, 1916).

Serekat Islam Afdeling Pandu (SIAP, Bagian Pandu Sarekat Islam, 1923), Jong Java Padvinders (JJP, Kepanduan Pemuda Jawa, 1926), National Islamitische Padvinderij (Natipij).

Di sisi lain, berbeda dari kebanyakan organisasi masa itu yang berlandaskan semangat kedaerahan atau agama.

Dari kalangan pemuda, muncul pula organisasi yang menganut asas kebangsaan, organisasi seperti Perhimpunan Indonesia (1922), Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (1926), dan Pemuda Indonesia (1927).

Pelaksanaan Kongres Pemuda II

Kongres Pemuda II diadakan pada Oktober 1928, Soegondo Djojopuspito, ketua PPPI, terpilih sebagai ketua kongres.

Kongres dilaksanakan di tiga gedung yang berbeda dan dibagi dalam tiga kali rapat.

Rapat pertama, 27 Oktober 1928 di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (KJB), Lapangan Banteng.

Rapat Kedua, 28 Oktober 1928, di Gedung Oost-Java Bioscoop, dan rapat ketiga, 28 Oktober 1928, di Indonesische Clubgebouw, Kramat Raya.

Dalam sambutannya, Soegondo Djojopuspito berharap kongres dapat meperkuat semangat persatuan dalam sanubari para pemuda.


Koleksi Museum Sumpah Pemuda (Tribunnews.com/ Reynas Abdila)

Gagasan yang mengemuka dalam kongres adalah tentang memperkuat persatuan Indonesia, pendidikan kebangsaan yang demokratis, dan gerakan kepanduan sebagai bagian dari pergerakan nasional.

Topik pembahasan itu menunjukan bahwa ada pengembangan gagasan yang lebih luas dalam Kongres Pemuda II jika dibandingkan dengan kongres yang pertama.

Sebelum kongres ditutup diperdengarkan lagu Indonesia Raya karya Wage Rudolf Supratman yang disambut sangat meriah oleh peserta kongres.

Kongres kemudian ditutup dengan mengumumkan rumusan hasil kongres yang diucapkan oleh para pemuda yang hadir sebagai Sumpah Setia yang berbunyi:

Pertama
Kami Poetra dan Putri Indonesia.
Mengakoe Bertoempah Darah Jang Satoe, Tanah Indonesia.

Kedoea
Kami Poetra dan Poetri Indonesia.
Mengakoe Berbangsa Jang Satoe, Bangsa Indonesia.

Ketiga
Kami Poetra dan Poetri Indonesia.
Mendjoendjoeng Bahasa Persatoean, Bahasa Indonesia.

Rumusan Sumpah Setia secara aklamasi tersebut menunjukkan bahwa dalam diri pemuda tidak ada lagi perbedaan asal daerah, suku bangsa, bahasa atau perbedaan sempit lainnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini