Laporan Reporter Tribun Lampung Heru Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, BANDAR LAMPUNG - Bambu Kuning Trade Center. Inilah salah satu pusat jual beli legendaris di Kota Bandar Lampung.
Meski Sempat mengalami beberapa kali pergantian nama Bambu Kuning menjadi lokasi favorit bagi para pedagang untuk berniaga, dan juga tempat belanja yang banyak didatangi para pembeli baik lokal maupun luar Lampung.
Bambu Kuning Trade Center bisa dikatakan saksi bisu sejarah perkembangan Provinsi Lampung, khususnya Bandar Lampung.
Sebab, lokasi pasar yang berada di Jalan Imam Bonjol No 1 ini merupakan salah satu bangunan yang tetap bertahan sejak zaman kolonial Belanda silam.
Jadi sebutan legendaris, rasanya wajar jika disematkan kepada pasar satu ini. Selain usia dan keberadaannya di zaman kolonial silam.
Di Bambu Kuning Trade Center di Kota Bandar Lampung, Anda bisa berburu kain tapis hingga kebaya modern (Tribun Lampung/ Heru Prasetyo)
Pasar ini menjadi pusat transaksi jual beli paling sibuk di Kota Bandar Lampung. Perputaran uang disini konon menyentuh angka ratusan juta.
Yah, Bambu Kuning bisa dikatakan sudah seperti Tanah Abang di Jakarta. Aneka produk fesyen dapat ditemukan di sini.
Tentu dengan harga yang relatif miring dan menggoda iman kaum hawa.
Itulah mengapa jika anda menjejakkan kaki di Bambu Kuning, anda akan jarang menemui sekelompok pria.
Sebab disinilah surga bagi perempuan untuk memnuhi kebutuhan fesyen mereka.
Tapi Satu yang istimewa adalah, pasar ini satu-satunya pasar yang bisa jadi rujukan pembeli khususnya wisatawan yang ingin membeli oleh-oleh khas Lampung.
Kain tapis, Batik Lampung, Peci, hingga ornamen patung Gajah bisa dijumapi disini dengan harga bersahabat.
Bagi masyarakat setempat, apa yang dijajakan di Bambu Kuning memang tidak kalah dengan produk yang dijajakan di pasar modern.
Pipit misalnya, seorang mahasiswi di Bandar Lampung mengungkapkan jika pedagang di Bambu Kuning cukup kekinian.
Mereka mengikuti tren yang sedang berlangsung di masyarakat.
"Jadi sekarang booming apa gitu, cari aja di Bambu Kuning, pasti ada. Pun kalau belum tersedia, kita bisa pesan ke mereka untuk dicarikan barangnya," tutur dia. "Harga jelas lebih oke, dengan kualitas bisa diandalkan lah," lanjut dia.
Di Bambu Kuning Trade Center di Kota Bandar Lampung, Anda bisa berburu kain tapis hingga kebaya modern (Tribun Lampung/ Heru Prasetyo)
Kenikmatan lain berbelanja disini adalah proses tawar-menawar harga. Ini diakui oleh Rahma, warga Kecamatan Tanjungkarang Pusat.
Ia mengatakan, mampu mendapatkan setengah dari harga penjualan dari proses tawar-menawar.
"Di situ kenikmatannya, bisa dapat harga murah dibandingkan supermarket. Meskipun pengap, tapi seru aja," katanya.
Berdasarkan catatan sejarah, Pasar Bambu Kuning dahulunya merupakan sebuah bangunan pasar yang dimiliki oleh kaum Tionghoa. Etnis Tionghoa pula yang membangun sejumlah perumahan di sekitar pasar.
Sementara hari pasaran dan jenis dagangan ditentukan oleh pemerintah kolonial yaitu pada hari Sabtu dengan jenis dagangan berupa tekstil, kelontogan dan sedikit sayuran.
Bentuk penggunaannya masih sederhana seperti pada umumnya pasar-pasar tradisional, yaitu petak-petak atau pasar yang dindingnya di buat dari bambu dan beratap rumbai.
Selanjutnya pada tahun 1960-an Lampung resmi menjadi sebuah Provinsi dan memisahkan diri dari Sumatera Selatan, pasar ini mulai dibagun secara permanen.
Pada waktu itu Provinsi Lampung hanya memiliki dua pusat pasar, yaitu : Pasar Tanjung Karang Plaza dan Pasar Teluk Betung.
Kemudian dalam perkembagannya, pasar ini telah mengalami beberapa kali pemugaran.
Pemugaran terbesar datang seiring turunnya SK Materi Dalam Negeri No.511-2-598 pada tanggal 26 Juli 1989.
SK ini berisi tentang Pegesahan Keputusan Walikota Daerah Tingkat II Bandar Lampung No.170/BE.II.HK/1987 tentang Penghapusan dan Pembangunan Kembali Pasar Bambu Kuning Plaza milik Pemerintah Daerah Tingkat II Bandar Lampung.
"Wah yang saya ingat pemugaran itu tahun 90an, tepatnya lupa. Itu yang jadi cikal bakal Bambu Kuning seperti sekarang. Jadi tiga lantai, ada pedagang kain, ada bioskop Odeon. Jadi Bambu Kuning dulu itu semua adalah," ungkap Mardiyanto seorang pedagang di Bambu Kuning.
Setelah mengalami pemugaran pada tahun 1990 bentuk pasar terlihat seperti sekarang ini terdiri dari gedung berlantai dengan luas tanah kurang lebih 500 meter persegi dan tiap-tiap lantai berbeda fungsinya.
Pada lantai I dan lantai II diperuntukan bagi pedagang yang menjual dagangannya berupa pakaian, bermacam-macam jam, sepatu, toko mas dan mainan anak-anak namun yang paling dominan adalah pedagang tekstil.
Sementara pada lantai III saat ini masih kosong dan belum dimanfaatkan.
Letak pasar Bambu Kuning sendiri berada tepat di pusat Kota Bandar Lampung.
Lokasi ini sangat strategis dan dapat dengan mudah dijangkau oleh masyarakat dari berbagai sudut kota.
Oleh karena itu, Bambu Kuning hampir dilewati oleh seluruh trayek angkutan kota di Bandar Lampung.