Laporan Wartawan Tribun Medan, Silfa Humairah
TRIBUNNEWS.COM - "Keajaiban" begitulah masyarakat sekitar menyebut wisata Kawah Biru Tinggi Raja, Simalungun.
Berada di tengah hutan belantara, belerang biru membuat areanya sendiri. Tanah yang awalnya datar pun merosot sendirinya hingga membuat kedalaman hampir 10 meter.
Kini kawasan tersebut dikunjungi wisatawan yang penasaran melihat kawah yang memiliki warna biru yang cerah, bak melihat langit, airnya tak punya noda setitik pun.
Pernando, pemandu dan penduduk sekitar menuturkan, keajaiban kawah biru tersebut berpindah-pindah.
Kawah Biru di Simalungun (Tribun Medan/ Silfa Humairah)
Tanah yang awalnya datar dan memiliki pohon yang rimbun, tiba-tiba kering dan membuat lubang sebesar kolam yang dalam dengan sendirinya.
"Dulu kawahnya ada di sini (kali sebelah kawah biru kini berada). Setiap beberapa tahun ia berpindah-pindah, tapi masih sekitar kawasan hutan 167 hektar ini," kata Pernando.
Ia menuturkan, uniknya kawah biru tersebut juga memiliki Bukit Kapur yang juga biasa disebut oleh sebagian orang dengan Salju Panas.
"Bukit Kapur mengaliri air panas dari sumber mata air belerang yang berada di atas bukit tersebut," katanya.
Menurutnya, ada peneliti yang mengungkapkan mata air belerang sebenarnya bewarna air transparan, namun karena area lubang berbentuk kolam dari kapur putih terlalu dalam, ia memantulkan warna biru dari langit.
"Tapi, jika diperhatikan, langit sedang tak terlalu biru tapi kawah tersebut memantulkan biru cerah. Jadi kebiruan kawah ini masih misteri, hal itu pula yang menjadi daya tarik wisatawan," katanya.
Kawah Biru dengan mata air belerangnya (Tribun Medan/ Silfa Humairah)
Sementara ini Mirwan, penduduk sekitar menuturkan, pengunjung yang datang bukan hanya wisatawan lokal tapi juga mancanegara. Wisatawan paling ramai di hari Minggu, dan datang dari beragam kota dan negara.
"Bulek banyak datang, dan biasanya semua pengunjung harus masuk menggunakan pemandu dari penduduk sekitar, karena area kawah biru berada di tengah hutan," katanya.
Menurutnya, Wisata Kawah Biru dikelola oleh penduduk dari empat dusun yakni Desa Nagori Dolok, Negeri Kasian, Dolok Marawa, dan Buttu Siattar.
"Tidak ada uang masuk, tapi ya harus bayar pemandu, biasanya pemandu membandrol biaya Rp 100 ribu untuk membawa wisatasan mengelilingi tempat wisata," katanya.
Tekstur di permukaan Kawah Biru dipotret jarak dekat (Tribun Medan/ Silfa Humairah)
Untuk sampai ke tempat ini ada beberapa rute yang bisa dilalui di antaranya yaitu,
Medan-Lubuk Pakam-Galang-Dolok Masihul-Nagori Dolok-Dolok Tinggi Raja dan
Medan-Lubuk Pakam-Tebing Tinggi-Dolok Merawan-Dolok Tinggi Raja, dan rute yang lainnya Medan-Lubuk Pakam-Galang-Bangun Purba-Dolok Tinggi Raja.
Masing-masing rute memiliki waktu tempuh yang hampir sama yaitu 4 hingga 5 jam perjalanan dengan Sepeda Motor.
Khusus untuk jarak Dolok Tinggi Raja hingga ke lokasi wisata, walaupun hanya berjarak 10 kilometer, wisatasan bisa menghabiskan waktu dua jam untuk sampai di lokasi. Pasalnya jalan di sana berupa bebatuan besar dan berlubang.
Jalan berbatu-batu tersebut terk saat hujan, menjadi jalur yang cukup ekstrim untuk dilalui.
Disinilah letak lemahnya pemerintah daerah dalam membangun infrastruktur jalan, yang masih kurang diperhatikan, padahal objek wisata ini telah ramai dikunjungi.
Karena tempatnya yang terpencil dan jauh dari kota, di sana juga tidak ada penginapan. Wisatawan juga direkomendasikan untuk membawa bekal makan sendiri, karena jarang ditemui warung makan di obyek wisata tersebut.