TRIBUNNEWS.COM - Sampai di Kediri jam 10 malam dengan angin malam yang menghembus dingin. Dingin-dingin seperti ini, kuliner yang tepat adalah yang hangat-hangat.
Kebetulan saat berhenti di alun-alun kediri, tepatnya di depan pusat kuliner alun-alun Kediri, kami melihat warung angsle.
Penjual ronde, cemoe dan angsle di Kota Kediri.
Kata orang Jawa "tumbu nemu tutup", artinya pas atau cocok. Meskipun Kediri terkenal dengan tahu pong, namun saat-saat seperti ini angsle adalah pilihan yang tepat.
Kami memesan tiga porsi angsle untuk bertiga. Dengan duduk lesehan, kami bisa menikmati hangatnya angsle sambil menikmati pemandangan malam di alun-alun kota Kediri.
Angsle di tempat ini tergolong berbeda dengan biasanya. Kuah angsle, roti dan ketannya sama dengan angsle yang lainnya. Namun angsle di sini tidak ada kacang.
Kawasan wisata kuliner Alun-alun Kota Kediri, Jawa Timur.
Sebagai gantinya menggunakan agar-agar warna-warni dan mutiara warna-warni.
Jadi selain sensasi rasanya berbeda, penampakan angslenya terlihat penuh warna.
Setelah menikmati angsle, kami melihat-lihat sejenak pemandangan alun-alun Kediri di malam hari.
Sepanjang jalan di sekitar alun-alun dipenuhi dengan warung-warung makanan dengan pilihan yang lengkap.
Banyak diantaranya lesehan. Lesehan di Kediri menjadi salah satu kuliner yang perlu dicoba. (Ki Suki/ Kompasiana.com)