Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mungkin Anda pernah menonton film tentang pemberontakan G30S/PKI yang sering diputar TVRI pada zaman pemerintahan Presiden Soeharto.
Nah, Museum Sasmitaloka Pahlawan Revolusi Jenderal Ahmad Yani terletak di Jalan Lembang D 58 Menteng, Jakarta Pusat merupakan saksi bisau peristiwa berdarah dan bersejarah penembakan sang jenderal.
Wawan seorang pemandu wisata museum menceritakan tentang kronologis penembakan Jenderal Ahmad Yani pada saat pemberontakan G 30 S/PKI.
"Beliau (Jenderal Ahmad Yani, red) dijemput paksa tentara PKI sekitar subuh pukul 04.35 WIB, 1 Oktober 1965," kata Wawan kepada Tribun Travel, Selasa (15/9/2015).
Jenderal Ahmad Yani gugur diberondong senapan semi otomatis Thompon Cakrabirawa buatan Amerika Serikat.
Pengunjung menyaksikan koleksi Museum Sasmitaloka Pahlawan Revolusi Jenderal Ahmad Yani terletak di Jalan Lembang D 58 Menteng, Jakarta Pusat.
"Tujuh peluru bersarang di tubuh beliau yang menembus kaca pintu sesaat ia hendak berganti pakaian dinas," ujar pria asal Yogyakarta tersebut.
Usai tewas, tubuh Jenderal Ahmad Yani kemudian tanpa perikemanusiaan diseret sepanjang lorong ruang belakang.
Darah pun berceceran sampai halaman, kepalanya terbentur lantai lalu dilempar ke trap bus yang telah disiapkan di luar rumah.
Sebelum berganti pakaian, Jenderal Ahmad Yani sempat memukul tentara PKI karena dianggap lancang.
"Kamu tahu apa tentang Istana? Lancang kamu!," perkataan Jenderal Ahmad Yani saat diminta menuju ke Istana Negara untuk menemui Bapak Presiden dan akhirnya ditembak tentara PKI.
Prinsip Jenderal Ahmad Yani sampai ke liang kubur pun akan mempertahankan Pancasila diwujudkan sampai titik darah penghabisan apapun resikonya dalam melaksanakan tugas membela bangsa dan negara.
Sebagai wujud penghormatan atas perjuangan, pengabdian, dan pengorbanan Jenderal Ahmad Yani yang berjiwa patriot, pendirian teguh, nasionalis, militan serta pembela ideologi Pancasila.
Maka kediaman yang dihibahkan oleh keluarga diabadikan menjadi museum untuk mengenang jasa-jasa beliau.
"Peresmian Museum Sasmitaloka Jenderal Ahmad Yani dilakukan oleh Menteri/Panglima Angkatan Darat Jenderal TNI Soeharto pada tanggal 1 Oktober 1966," jelasnya.
Jenderal Ahmad Yani lahir pada tanggal 19 Juni 1922 di Jenar, Purworejo, Jawa Tengah, putra dari Bapak Sarjo dan Ibu Murtini.
Beliau mengenyam pendidikan HIS di Purworejo, kelas 2 pindah ke Magelang, Bogor dan tamat tahun 1935.
Berlanjut ke MULO bagian B tamat tahun 1938 lalu AMS bagian B di Jakarta dengan prestasi A.
Jenderal Ahmad Yani masuk militer Belanda (Corps Opleiding Reserve) di Dinas Topografi dan menempuh pendidikan di Malang.
Pada zaman Jepang 1943, beliau menempuh Heiho di Magelang sebagai Shodanco Tentara Sukarela Peta di Bogor.
Kariernya meliputi Shodanco, Chudancho, Daidancho 3 Resimen Magelang, Divisi V Purwokerto pimpinan Kolonel Sudirman.
Setelah Indonesia merdeka, karier Jenderal Ahmad Yani kian cemerlang sebagai Danyon IV Magelang, Danbrig Dip. Be 9/III Div III, dan Werkreise II/Brig 9/Kedu, Danbrig Kuda Putih 9/III Magelang, Danbrig "Q" Pragolo, Danbrig "N" Yudonegoro, dan RI XII Purwokerto.
Setelah itu ia sempat melanjutkan pendidikan di USA dan Inggris sebelum mejabat sebagai Asisten II, Deputi I, Deputi II Kasad, Men/Pangad.
Benda-benda Koleksi
Museum Sasmitaloka merupakan fakta sejarah dan obyektivitas Prajurit Sapta Marga dan Pancasilais sepanjang hayatnya berjuang mengabdi dan berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.
Ada benda-benda koleksi Pahlawan Revolusi Jenderal Ahmad Yani yang digelar di ruang pameran terbagi beberapa sekmen.
Di antaranya ruang tunggu, ruang ajudan, ruang santai, ruang khusus, ruang makan, ruang tidur, ruang kamar tidur putra/putri, ruang dokumentasi foto, dan juga ruang pahlawan revolusi.
Museum Sasmitaloka Pahlawan Revolusi Jenderal Ahmad Yani terletak di Jalan Lembang D 58 Menteng, Jakarta Pusat.
Koleksi asli kursi tamu Jenderal Ahmad Yani dipamerkan serta cinderamata-cinderamata dari berbagai daerah dan luar negeri.
Seluruh barang atau koleksi yang dipamerkan di sini adalah asli bukan replika seperti tongkat komando, pakaian, cincin, kacamata, keris, dan gaji terakhir bulan Oktober 1965 sebesar Rp 123.000 (uang lama) yang belum sempat diserahkan kepada Ibu Yani.
Ingin mengenal lebih jauh sosok pahlawan revolusi ini? Silahkan datang berkunjung ke Museum Sasmitaloka yang buka setiap Selasa-Minggu mulai pukul 08.00-14.00 WIB tanpa dipungut biaya.