TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Data September 2015 betul-betul mengejutkan, jumlah wisatawan mancanegara yang masuk melalui pintu imigrasi Bandar Bentan Telani di Pulau Bintan mengalahkan capaian Batam Center Pulau Batam!
Padahal, dalam sejarah Republik ini berdiri, penyeberangan Singapore-Batam jauh lebih ramai, lebih hidup, lebih cepat, lebih dekat, dan lebih banyak armada kapalnya.
“Terima kasih Pak Menkumham, terima kasih Pak Dirjen Imigrasi, sukses ini berkat revisi perubahan TPI (Tempat Pemeriksaan Imigrasi) yang cepat dan sudah dikeluarkan tanggal 4 September 2015 lalu. Atas surat sebelumnya 23 Juni 2015, yang menyatakan: masuk dan keluar wilayah Indonesia secara terbatas hanya dapat melalui 9 TPI. Per 4 September, surat itu dinyatakan tidak berlaku, dan direvisi dengan surat bahwa semua wisman boleh masuk dari pintu manapun dan keluar melalui pintu manapun di negara RI,” ungkap Menteri Pariwisata, Arief Yahya.
Batam yang memang Informasi “de-bottlenecking” itu, oleh Menpar Arief Yahya langsung dikemas dalam strategi “POS” media dan disosialisasikan di area Singapore dan Malaysia. POS yang dimaksud adalah paid media (media berbayar, red), own media (media milik Kemenpar sendiri, red) dan social media (medsos).
Hanya dalam 12 hari saja, ledakan wisman sudah mengguncang Bintan. Dan Bintan langsung “mengepret” Batam dan Tanjung Balai Karimun, tiga pulau yang didrive untuk menangkap peluang pariwisata dari negara tetangga.
Bukan soal kepret mengepret yang dikejar, tetapi capaian kunjungan Provinsi Kepri langsung melejit di tengah badai tekanan ekonomi global.
Bandar Bentan Telani naik 42,79%, menjadi 4.113 wisman. Batam Center juga naik 24,55% menjadi 2.360 wisman. Sekupang Batam pun naik 17,62% menjadi 1.694 orang. Pelabuhan Nongsa Batam juga naik 8,28% menjadi 796 orang.
Harbour Bay Batam naik 3,25% menjadi 312 orang. Marina Bintan naik 0,35% atau 34 orang. Sri Bintan Pura naik 2,76% menjadi 266 orang. Tanjung Balai Karimun juhga naik 0,37% menjadi 36 orang.
Bagaimana dengan originasinya?
“Sangat berkualitas. Yang nyangkut justru ekspatriat, orang non Singapore yang tinggal di Singapore. Atau wisatawan ke Singapore yang sekalian mampir dan berwisata ke Great Batam. Sangat presisi dengan analisa marketing yang kami perkirakan sebelumnya, karena di Singapore ada 1,8 juta ekspatriat, dan 15 juta wisatawan asing. Kita sering menyebut Singapore itu adalah hub country, karena itu sangat strategis berpromosi di sana,” papar mantan Dirut PT Telkom Indonesia itu.
Bagaimana detail “the big five” negara asal ledakan wisman yang ke Great Batam itu? Tiongkok 30,15%, Korea Selatan 20,66%, Jepang 12,75%, Inggris 11,16%, USA 6,44% dan lain-lain 18,84%.
“Sebenarnya, saat inilah masa-masa kritis bagi Bintan, Batam, Tanjung Balai Karimun, yang semua kunjungannya meningkat tajam itu. Kita harus menata destinasi dan objek wisata di sana menjadi lebih baik lagi. Harus berstandar dunia, di semua lini. Bersih, rapi, aman, dan perbayak atraksi dan event internasional. Pemerintah daerah harus bekerja keras dan bersungguh-sungguh untuk itu,” urai Menteri Pariwisata yang ke-14 ini.
Sebab, jika tidak disempurnakan dan tidak diperbaiki, bisa menampar muka sendiri dan menjadi boomerang buat pariwisata nasional. Pertama, mereka tidak akan menginjakkan kaki ke Indonesia lagi. Kedua, mereka akan bertutur kepada semua koleganya akan kelemahan destinasi kita.
“Apalagi sekarang ini era digital? Era social media? Yang semua orang bebas berapresiasi maupun mengkritik dan mengungkapkan perasaannya?,” kata alumni ITB Bandung, Surrey University Inggris, dan Unpad Bandung itu.
Tapi sebaliknya, kalau kesannya positif, nyaman, ramah, aman, service yang baik, ditambah alam yang indah, pantai pasir putih, laut jernih, langit biru, bawah laut beragam biota, akan menaikkan pamor Indonesia.
Great Batam bisa menjadi pintu promosi yang efektif bagi wajah pariwisata Indonesia.
“Bintan akan menjadi the next Bali!” tandas Arief Yahya.