Di rumah makannya, cacapan asam ini disajikan gratis karena fungsinya yang sebagai pelengkap makanan khas Banjar dan pengundang selera makan, sehingga disuguhkan sepaket dengan makanan yang dipesan.
"Kalau tidak mau pakai cacapan asam juga bisa," katanya.
Penyuka cacapan asam adalah Rustan.
Pria botak ini sejak kecil memang sudah sangat akrab dengan cacapan asam karena kerap dibuatkan oleh para perempuan keluarganya di rumahnya.
Biasanya dia menyantapnya dengan nasi, ikan baik yang dibakar, digoreng atau diasinkan, terong bakar, sayur dan sambal acan khas Banjar.
"Terong bakar dan ikan biasanya saya cocolkan ke cacapan asam, disuap dengan nasi, sayur dan colekan sambal acan. Ikannya biasanya ikan sungai macam gabus, papuyu dan saluang. Rasanya nikmat, benar-benar mengundang selera makan," katanya.
Penyuka cacapan asam lainnya, Maimunah biasanya menyantap kuliner satu ini jika dia tak berselera makan.
"Kalau melihat cacapan asam saya jadi berselera makan. Bisa nambah porsi makan saya. Paling suka kalau dicampuri buah binjai dan gandaria muda soalnya nikmat," urainya.
Rumah makan ini kecil saja dan tidak terkenal.
Letaknya pun di tepi jalan kecil, yaitu Jalan Simpang Telawang.
Tak ada alamat lebih jelas lagi yang bisa menerangkan posisi rumah makan ini karena tak ada keterangan nomor maupun RTnya.
Namun jika mendengar nama Jalan Simpang Telawang, banyak warga yang mengetahuinya.
Apalagi posisi jalan ini tepat berada di dekat Kantor Wali Kota Banjarmasin.
Tak ada angkutan umum seperti angkutan kota lewat di sini, namun jika mau kemari bisa menggunakan ojek.
Posisi rumah makan ini sekitar 200 meter dari mulut jalan tersebut, letaknya di sebelah kiri jalan.