Laporan Wartawan Banjarmasin Post, Yayu Fathilal
TRIBUNNEWS.COM, BANJARMASIN - Lidah orang Banjar akrab dengan menu masakan yang pedas, manis, asam dan gurih.
Mereka memiliki banyak ragam kuliner tradisional yang sedap dan mengundang selera makan.
Makanan-makanan itu biasanya disantap dengan sambal khas Banjar, yaitu sambal acan.
Proses pembuatan cacapan asam khas Banjar di Depot Ibu Haji Simpang Telawang. (Banjarmasin Post/Yayu)
Selain sambal acan, ada satu lagi makanan khas Banjar yang kerap dijadikan pelengkap dan pengundang selera makan.
Makanan ini sejenis acar, namanya Cacapan Asam.
Rasanya asam, asin dan pedas.
Bahannya berupa garam, bubuk penyedap rasa, irisan bawang merah, cabai rawit, asam Jawa dan buah-buah yang berasa asam yang sudah dicincang, terasi yang sudah dibakar serta sedikit air matang.
Cara membuatnya mudah saja, yaitu campurkan semua bahan tersebut kemudian diaduk rata.
Terakhir, campurkan asam Jawa atau oleh orang Banjar kerap disebut asam kamal.
Cacapan asam khas Banjar. (Banjarmasin Post/Yayu Fathilal)
Cara mencampurkan asam Jawanya pun ada metode khususnya agar rasanya lebih nikmat, yaitu diremas-remas dan dipencet-pencet ke dalam cairan Cacapan Asamnya.
Dengan demikian diyakini sensasi aromanya akan lebih mengundang selera makan.
Buah yang digunakan biasanya buah-buah yang berasa asam dan segar seperti asam atau hampalam dalam Bahasa Banjar, gandaria muda, mangga muda, belimbing tunjuk atau bisa juga binjai.
Cara memotongnya pun khusus, yakni dengan cara dicincang di atas bijinya setelah kulitnya dikupas sehingga menghasilkan irisan yang tipis dan kasar.
Kecuali binjai tidak dicincang karena tekstur dagingnya lembut dan berair sehingga susah dicincang, jadi hanya dipotong dan dipencet-pencet hingga agak hancur di cairan cacapan asamnya.
Menyantap cacapan di Depot Ibu Haji Simpang Telawang. (Banjarmasin Post/Yayu Fathilal)
Hal ini diyakini akan membuat rasa nikmat tersendiri saat menyantapnya jika dibandingkan dengan cara dipotong.
Cacapan asam ini biasanya dijadikan makanan pendamping untuk berbagai kuliner khas Banjar, khususnya yang dibakar, direbus, diasinkan atau digoreng.
Biasanya makanan-makanan itu dicocol ke cacapan asam ini kemudian disantap bersama nasi dan lauk pauk lainnya.
Sesuai namanya, yaitu cacapan yang dalam Bahasa Banjar berarti cocolan.
Cacapan asam ini biasanya tidak dijual di warung-warung masakan khas Banjar.
Biasanya ini hanya ada di rumah-rumah orang Banjar, dibuat oleh kaum perempuannya untuk pelengkap menu bersantap bersama keluarga.
Di Banjarmasin saja bisa dikatakan tidak ada warung makan khas Banjar yang menyediakan cacapan asam ini karena memang tak lumrah dijual.
Cukup sulit mencari rumah makan yang menyediakan kuliner yang satu ini di Banjarmasin.
Jika bertanya ke warga dimana ada rumah makan yang menyediakan cacapan asam, rata-rata memberikan jawaban yang sama yaitu tidak ada karena cacapan asam hanya dibuat di rumah.
Namun ternyata ada satu rumah makan khas Banjar yang menyediakan cacapan asam buat para pelanggannya yang berhasil ditemukan reporter Banjarmasin Post, yaitu Depot Ibu Haji Simpang Telawang.
Pemilik rumah makan ini, Hj Norjenah, mengatakan para pelanggannya biasanya kerap dibuatkan cacapan asam ini jika bersantap di tempatnya.
Di tempatnya, antara cairan cacapan asam dan asam Jawanya dihidangkan terpisah. "Soalnya terkadang ada saja yang tak suka dengan asam Jawa," jelasnya.
Di rumah makannya, cacapan asam ini disajikan gratis karena fungsinya yang sebagai pelengkap makanan khas Banjar dan pengundang selera makan, sehingga disuguhkan sepaket dengan makanan yang dipesan.
"Kalau tidak mau pakai cacapan asam juga bisa," katanya.
Penyuka cacapan asam adalah Rustan.
Pria botak ini sejak kecil memang sudah sangat akrab dengan cacapan asam karena kerap dibuatkan oleh para perempuan keluarganya di rumahnya.
Biasanya dia menyantapnya dengan nasi, ikan baik yang dibakar, digoreng atau diasinkan, terong bakar, sayur dan sambal acan khas Banjar.
"Terong bakar dan ikan biasanya saya cocolkan ke cacapan asam, disuap dengan nasi, sayur dan colekan sambal acan. Ikannya biasanya ikan sungai macam gabus, papuyu dan saluang. Rasanya nikmat, benar-benar mengundang selera makan," katanya.
Penyuka cacapan asam lainnya, Maimunah biasanya menyantap kuliner satu ini jika dia tak berselera makan.
"Kalau melihat cacapan asam saya jadi berselera makan. Bisa nambah porsi makan saya. Paling suka kalau dicampuri buah binjai dan gandaria muda soalnya nikmat," urainya.
Rumah makan ini kecil saja dan tidak terkenal.
Letaknya pun di tepi jalan kecil, yaitu Jalan Simpang Telawang.
Tak ada alamat lebih jelas lagi yang bisa menerangkan posisi rumah makan ini karena tak ada keterangan nomor maupun RTnya.
Namun jika mendengar nama Jalan Simpang Telawang, banyak warga yang mengetahuinya.
Apalagi posisi jalan ini tepat berada di dekat Kantor Wali Kota Banjarmasin.
Tak ada angkutan umum seperti angkutan kota lewat di sini, namun jika mau kemari bisa menggunakan ojek.
Posisi rumah makan ini sekitar 200 meter dari mulut jalan tersebut, letaknya di sebelah kiri jalan.