Laporan Wartawan Tribun Jogja, Hamim Thohari
TRINUNNEWS.COM, PACITAN - Menjadi panglima besar Tentara Nasional Indonesia pertama, dan memimpin perang gerilya saat masa Revolusi menjadikan Jenderal Besar Sudirman seorang tokok besar bangsa.
Untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia Sudirman bergerilya keluar masuk hutan di kawasan Yogyakarta, Jawa Tengah, hingga Jawa Timur meskipun paru-paru tinggal satu.
Monumen Panglima Besar Jenderal Sudirman. (Tribun Jogja/Hamim)
Untuk mengenang dan menghormati jasa Panglima Besar Jenderal Sudirman dibuatlah sebuah monumen yang cukup megah di kawasan Pacitan yang dulu sempat menjadi markas sang jenderal.
Monumen ini terletak di Dusun Menur, Desa Pakis Baru, Kecamatan Nawangan, Kabupaten Pacitan.
Di komplek monumen yang memiliki luas sekitar tiga hektar tersebut kita akan melihat sebuah patung Jenderal Sudirman setinggi 8 meter berdiri dengan gagahnya.
Dibangunnya monumen di kawasan ini karena pada masa perang gerilya, Jenderal Sudirman pernah bermarkas di kawasan tersebut selama tiga bulan.
Jika dari pusat Desa Pakis Baru, anda akan melewati 8 buah gerbang untuk sampai ke komplek Monumen Panglima Besar Jenderal Sudirman.
Pada masing-masing gerbang kita bisa menyaksikan kata-kata penuh semangat dari Jenderal Sudirman semasa bergerilya.
Salah satu kalimat yang tertera di gerbang tersebut "Walau dengan satu paru paru dan ditandu pantang menyerah”.
Pengunjung menyaksikan relief perjalanan hidup Jenderal Sudirman. (Tribun Jogja/Hamim Thohari)
Selain patung setinggi delapan meter, di komplek monumen tersebut juga bisa menyaksikan relief yang terbuat dari perunggu yang menggambarkan perjalanan hidup dan perjuangan Jendral Besar Sudirman.
Relief yang berjumlah 38 tersebut menceritakan masa kecil hingga akhir usia Jendral Sudirman.
Masa kelahiran, mengaji, sekolah, kepanduan, menjadi anggota Peta, memimpin gerilya hingga meninggal terceritakan melalui relief tersebut.