TRIBUNNEWS.COM, DENPASAR - Saemangeum, sebuah proyek reklamasi terbesar di dunia menjadi kebanggaan rakyat Korea Selatan karena ramah lingkungan dan dikerjakan oleh insinyur-insinyur lokal.
Hal serupa diharapkan terjadi pada proyek revitalisasi Teluk Benoa dengan meniru keberhasilan di Korsel.
"Teluk Benoa mirip Saemangeum. Semula ditentang aktivis lingkungan, tapi setelah proyek ini selesai, jadi kebanggaan Korea," kata Presiden Asosiasi Wartawan Korea Park Chong Ryul di Denpasar, Bali, Minggu (18/10).
Harapan ini disampaikan Park saat berdiskusi tentang revitalisasi Teluk Benoa bersama Direktur Utama Tirta Wahana Bali Internasional (TWBI) Heru Darsono.
Bahkan Park bersama 10 pimpinan media terkemuka bersedia menjadi Duta Besar Forum Peduli Mangrove (FPM) Bali.
Mereka menanam bakau di area di mana Duta Besar FPM Cristiano Ronaldo menanam bakau di Telaga Waja, Benoa.
Heru Darsono mengatakan pihaknya akan belajar dari keberhasilan Korea.
Bedanya, Saemangeun dibangun oleh pemerintah, sementara Teluk Benoa oleh swasta.
"Kesamaannya bahwa kami juga ramah lingkungan dan menggunakan konten lokal," kata Heru.
Ia menyampaikan penghargaan atas kesediaan pimpinan media Korea Selatan menjadi good will ambassador FPM di Korea Selatan.
"Saya menilai semua pihak sangat peduli akan pentingnya menjaga dan merawat hutan mangrove," katanya.
Saemangeum adalah sebuah proyek reklamasi terbesar di dunia di Yellow Sea, Korea Selatan.
Proyek ini dibangun oleh pemerintah Korea Selatan yang diselesaikan proyeknya 27 April 2006 setelah perdebatan panjang antara pemerintah dengan aktivis lingkungan.
Proyek ini untuk membangun kebututuhan lahan untuk industri dan pertanian.
Kegiatan reklamasi dimulai tahun 1991 dan terkendala oleh penolakan para aktivis lingkungan.
Setelah reklamasi selesai dihasilkan 400 km2 (2/3 kali luas kota Seoul atau 5 kali luas kota Manhattan di New York, empat kali lebih besar dari kota Paris).
Ini membuatnya menjadi salah satu proyek reklamasi yang terbesar sepanjang sejarah.
Semangeum juga menjadi seawall terpanjang yang pernah dibangun dengan panjang 33,9 km.
Pada 2 Agustus 2010, Saemangeum mendapat penghargaan dari Guinesss World Records untuk seawall terpanjang di dunia yang pernah dibuat manusia.
Jika Cina memiliki Great Wall, maka Korea memiliki Great Wall di lautan.
Untuk membangunnya dibutuhkan biaya 2,4 miliar USD, 6.700 orang dipekerjakan setiap hari (2,47 juta orang setahun). Juga digunakan 910.000 peralatan dump truck dan kapal.
Untuk mereklamasi diperlukan 123 juta m2 material pasir dan batu termasuk untuk konstruksi.
Proyek ini menjadi kebanggaan Korea karena insinyur-insinyur Korea yang membangunnya.
Metode konstruksi ramah lingkungan digunakan dalam proyek reklamasi ini.
Dengan menggunakan pasir di bawah laut untuk membangun daratan, bahaya lingkungan yang disebabkan pengambilan material dari daratan lain bisa diminimalisir, dan menghemat biaya.
Proyek yang tadinya ditentang, kini menjadi kebanggaan Korea.
Selama 15 bulan sejak selesai dibangun, Saemangeum sudah dikunjungi 10 juta wisatawan.
Rata-rata setiap hari dikunjungi 10.000 orang pada hari kerja dan 30.000 wisatawan pada akhir pekan.