Laporan Wartawan Tribun Timur Muthmainnah Amri
TRIBUNNEWS.COM, MAKASSAR - Masyarakat Makassar disuguhkan pameran seni rupa yang memanjakan mata yang bermain cat minyak dan akrilik di atas kanvas.
Bahkan pameran ini bisa menjadi alternatif wisatawan yang transit di Makassar untuk menikmati karya para perupa dari Makassar, Jogja, Bandung dan Surabaya ini.
Perhelatan pameran seni rupa bertajuk Makassar Biennale 2015 perdana dilakukan di Gedung Kesenian Sulsel.
Pameran ini digelar hingga 31 Oktober 2015.
Sebanyak 93 perupa dari Makassar, Jogja, Bandung dan Surabaya berpartisipasi di pameran tersebut.
Pameran perdana ini bertema Trajectory yang berarti lintasan peristiwa. Pameran dibuka pukul 10.00 Wita dan gratis bagi masyarakat.
Patung Budha di ajang pameran seni rupa Makassar Biennale (kiri).
Maka Gedung Kesenian ini pun diubah laiknya lokasi pameran seni rupa yang berstandar baik. Bukan lagi memakai pajangan tiga kaki namun memakai partisi.
Belum lagi panitia memasang lampu sorot di setiap karya. Sehingga karya para perupa dapat dilihat jelas.
Patung Budha and Einstein misalnya. Patung raksasa yang hanya kepala ini dipajang ditengah tengah lokasi.
Karya Dicky Tjandra ini di bagian kepala berisi tangan yang menunjuk.
Tangan ini berdiri dibagian rambut patung Budha, banyak. Hampir memenuhi seluruh rambut.
Warna patungnya emas dan pengunjung mayoritas berfoto di sana.
Ada juga patung mini pahlawan Sulawesi Selatan, Sultan Hasanuddin.
Patung Hasanuddin ini sedang duduk, seperti berdiskusi di reremputan plastik. Bukan hanya satu tapi banyak.
Di pameran ini dipamerkan karya patung, lukisan, dan instalasi video.
Namun khusus instalasi video dipusatkan di mal GTC.
Direktur Artistik Makassar Biennale, Abi, mengatakan pameran ini menunjukkan warna praktik dan wacana seni di Sulsel.
Wacana yang ditawarkan tidak muluk-muluk.
Hanya ingin melihat ulang perjalanan panjang seni rupa Makassar. Sarana untuk menampilkan rupanya, napak tilas perjalanan panjang seni rupa Sulawesi Selatan.
Selain melihat pameran karya seni rupa, pengunjung juga bisa mengikuti simposium seni rupa yang gratis bagi mahasiswa dan masyarakat umum.