News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Wisata Jateng

Bledug Kuwu, Fenomena Kawah Lumpur di Grobogan yang Memukau Wisatawan Internasional

Editor: Malvyandie Haryadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Bledug Kuwu di Grobogan, Jawa Tengah.

Laporan Wartawan Tribun Jateng, Muslimah

TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - Bentang alamnya keras, cenderung tandus, dan berkapur. Namun, bukan berarti Grobogan tak menyimpan keindahan yang menjadi daya tarik bagi wisatawan.

Kabupaten terluas kedua di Jawa Tengah (Jateng) setelah Cilacap ini memiliki tempat wisata unik.

Api abadi Kawah Mrapen namanya. Sudah kondang ke berbagai pelosok Indonesia, bahkan dunia.


Fenomena letupan lumpur panas di Grobogan, Jawa Tengah. (Tribun Jateng/Muslimah)

Api obor yang diarak saat gelaran pesta olahraga Asian Beach Games (ABG) 2008 dan SEA Games 20011 serta ASEAN ParaGames 2011 juga diambil dari sini.

Keindahan akibat panas bumi pun ditunjukan kawah lumpur di Bledug Kuwu.

Terletak 23 km di sebelah timur Kota Purwodadi, objek wisata ini selalu mengundang decak kagum pengunjung. "Really amazing," tutur Sophie.

Gadis kecil asal Belanda itu datang ke Bledug Kuwu bersama keluarga.

Mereka mendengar ada keajaiban alam seperti kawah di tengah daratan yang menarik untuk dikunjungi.

Ajaib karena meski jauh dari laut, kawah tersebut mengandung garam.

Sophie yang tak terbiasa udara panas tidak bisa berlama-lama di Bledug Kuwu karena bagian wajah dan kulit yang tak tertutup pakaian sudah memerah.

Mereka meninggalkan obyek wisata yang terletak di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Grobogan, yang lengang namun sesekali diselingi bunyi letupan, "bledug-bledug".

Pada siang hari, saat matahari bersinar penuh, suhu udara di Bledug Kuwu memang sangat panas.

Tapi jangan khawatir, penduduk setempat menyediakan jasa sewa payung.

Daratan seluas 45 hektar itu terbagi dua berdasarkan letupan, yakni Joko Tuwo dan Roro Denok.

Letupan itu muncul setiap 2-3 menit sekali."Meski di bagian pinggir tanah terlihat sudah mengering, namun harus tetap hati-hati karena labil. Jika tidak hati-hati bisa terperosok," ujar pemandu wisata di Bledug Kuwu, Khudori.

Air kawah yang mengandung garam dimanfaatkan warga untuk membuat garam dan bleng.

Caranya, menampung air Bledug Kuwu kemudian dijemur hingga berbentuk kristal garam.

"Rasa asin yang ditimbulkan itu selalu menimbulkan tanda tanya wisatawan yang datang. Mereka menyebut sebagai lapindo versi mini. Padahal, Bledug Kuwu sudah ada lama, bahkan ceritanya melegenda. Sampai sekarang juga masih diteliti," kata pemandu wisata Bledug Kuwu, M Khudori.

Sayang, keajaiban alam ini tidak banyak menyedot pengunjung.

Sarana dan prasarana pendukung yang masih terbatas dimungkinkan menjadi alasan wisatawan ogah datang.

Misalnya, menara yang bisa dimanfaatkan untuk memantau letupan lumpur sudah keropos. Selain itu, saung yang didirikan di pinggir Bledug Kuwu juga terbengkelai dan rusak. (*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini