Laporan Wartawan Tribun Jogja, Hamim Thohari
TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA - Gambaran mengenai Pakistan yang penuh konflik dan terorisme tidak menyurutkan niat seorang traveller Yogyakarta, M Baski Rochmad (46) untuk menjelajahi Pakistan.
Selama 33 hari, lelaki yang akrab disapa Yosep Mentari ini berkelana di daerah utara Pakistan yang terkenal dengan hamparan gunungnya yang berselimut salju.
Keluarga dan sebagian besar teman-temannya sempat menilai niatnya berwisata menjelajah Pakistan adalah keinginan sinting.
"Untuk apa ke Pakistan, di sana banyak bom dan teroris, mau bunuh diri? kalau saya mending ke tempat yang aman saja " ujar Yosep menceritakan pendapat teman dan keluarganya.
Jalur Karakoram yang rawan longsor. (Dokumentasi Pribadi Yosep)
"Semua mempertanyakan niatan saya, tetapi saya tidak mau percaya begitu saja sebelum membuktikan sendiri datang ke Pakistan," ceritanya saat ditemui di rumahnya di bilangan Banyuraden, Sleman.
Sebenarnya bukan hanya Pakistan yang menjadi destinasi utama perjalanan, melainkan jalur Karakoram Highway, atau dikenal juga dengan nama Jalur Sutera.
Jalan darat lintas negara sepanjang 1.300 km yang berawal dari kota Kashgar Xinjiang China hingga ibu kota Pakistan, Islamabad.
Pada zaman dahulu kala jalur ini merupakan lintasan para pedagang dari daerah utara untuk menjual barang barangnya, terutama kain sutera ke daerah Asia Tengah dan Selatan.
Karakoram Highway merupakan salah satu jalan darat paling berbahaya di dunia, bahkan masuk ke dalam" keajaiban dunia yang ke delapan".
Sebelum berangkat, dua bulan lamanya Yosep Mentari berkutat dengan krusor dan "mbah" google.
Border Khunjerab. Perbatasan Tiongkok dan Pakistan. (Dokpri Yosep)
"Semua informasi saya cari dari google, karena tak ada satupun info yang saya dapat dari tempat lain".
Pengurusan visa Pakistan adalah hal yang paling merepotkannya, butuh waktu 3 minggu sendiri untuk hal ini.
"Sangat susah untuk mendapatkan "visa turis" ke negara yang sering bersitegang dengan tetangganya ini. Butuh kesabaran tinggi," imbuhnya.