Laporan wartawan Tribin Medan, Silfa Humairah
TRIBUNNEWS.COM - Jauh-jauh sudah ke Desa Glugur, Batang Serangan, Langkat, ke Air Terjun Satu, rasanya tak puas kalau tidak menyamperi Air Terjun Dua yang tidak jauh atau berjarak sekitar 100 meter dari Air Terjun Satu.
Air Terjun Dua tidak kalah memukau dibandingkan Air Terjun Satu.
Karena air terjunnya memiliki tebing yang tinggi dan ada batang pohon yang bertengger seperti jembatan yang kerap menjadi tempat objek foto wisatawan untuk mendokumentasikan air terjun tersebut.
Kedalamannya hanya sekitar 2 meter dan cocok untuk berenang di tengah tebing tinggi sekitar 4 meter tersebut.
Air Terjun Dua memiliki keunikan lainnya pada batu besar yang membelah air terjun, jadi ada aliran yang besar dan ada pula aliran air yang kecil.
Derasnya aliran di Air Terjun Dua di Taman Nasional Gunung Leuser.
Tapi keduanya sama-sama terhimpit tebing yang tinggi sekitar 4 meter.
Di Air Terjun Dua, wisatawan juga bisa menikmati arus air terjunnya dari atas, tepat di tempat aliran sungai yang dangkal, wisatawan bisa berendam sambil melawan arus air menuju Air Terjun Dua.
Air Terjun Dua menjadi destinasi yang sering dikunjungi setelah Air Terjun Satu karena lokasinya berdekatan.
Tapi untuk menuju Air Terjun Tiga, bagi wisatawan yang datang kesiangan dan kondisi cuaca sedang hujan gerimis, pasti tidak diizinkan karena akses menuju Air Terjun Tiga harus menyeberangi sungai dan biasanya akan banjir dalam 30 menit jika ada hujan, walaupun hanya sekadar gerimis.
Irwansyah, pemandu wisata, menuturkan hanya akan mengantarkan wisatawan ke dalam hutan atau menuju air terjun jika cuaca sedang baik, karena jika hujan atau gerimis, akses di dalam hutan cukup licin dan berbahaya karena rentan ada longsor.
"Biasanya wisatawan yang sampai di pondok penerimaan pada pukul 14.00, hanya akan kami antarkan sampai Air Terjun Dua, untuk menghindari adanya hal yang tidak diinginkan seperti hujan di tengah jalan. Jadi kami himbau agar wisatawan berangkat lebih pagi agar sampai di sini sebelum siang," katanya.
Menurutnya, kawasan hutan tropis menjadikan cuaca di sana sering gerimis di siang hingga sore hari.
Oleh sebab itu jarang wisatawan yang datang bisa menghabiskan traking menyusuri air terjun di kawasan Desa Glugur TNGL selama sehari.
Untuk dapat berkunjung ke tempat wisata ini, wisatawan harus menempuh perjalanan sekitar 4 jam dari Medan atau Bandara Internasional Kuala Namu. Dan melewati jalan belum diaspal sekitar 10 kilometer.
Tidak seperti rute menuju Tangkahan yang dilewati Bus Pembangunan Semesta, ke Air Panas Glugur tidak ada angkutan yang lewat. Sehingga wisatawan harus menggunakan mobil pribadi atau sepeda motor.
Wisatawan bisa masuk melalui simpang Batang Serangan, yang ada pamplet wisata Tangkahan.
Kemudian mengikuti jalan terus sampai mendapat penunjuk jalan di simpang belokan pertama ke Tangkahan dan belok kiri.
Di simpang kedua Tangkahan, 17,5 kilometer menuju Tangkahan belok kanan tepatnya di bundaran bunga simpang jalan tersebut ada penunjuk jalan berupa panah ke Air Panas Glugur.
Di sana wisatawan cukup belok kiri dan terus saja sepanjang 15 kilometer hingga menemukan 2 jembatan papan, maka lokasi objek wisata air terjun sudah dekat.
Untuk ke dalam Air Terjun yang berada di hutan TNGL, wisatawan harus melapor untuk mendapatkan izin permit masuk ke TNGL dan membayar jasa pemandu sebesar Rp 20 ribu perorangnya.
Wisatawan cukup memarkirkan sepeda motor atau mobil di depan pondok penerimaan tamu, pemandu akan menghampiri wisatawan untuk menawarkan jasa. Dan di sana tidak ada distribusi uang masuk atau uang parkir loh.