News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pariwisata Indonesia Cari Cara yang Kreatif Untuk Mengejar Target yang Lebih Baik

Editor: Toni Bramantoro
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pariwisata Bali yang memesona.

TRIBUNNEWS.COM, PALEMBANG - Tuhan selalu punya cara untuk berbicara dengan umatnya. Tak semua orang sanggup menangkap makna di balik peristiwa.

Tak semua tahu messages yang lebih dalam dari fakta dan kata-kata. Suara langit itu tidak verbal, sebagaimana kita berkata-kata dengan sesama dalam bahasa kita.

Memori Kadispar Kepri Guntur Sakti langsung melesat ke tahun 1979, tatkala Ebiet G Ade mempopulerkan tembang kenangan berjudul “Berita Kepada Kawan”.

Dia merasakan betapa Great Batam digeber dengan berbagai strategi promosi, dari serangan udara, serangan darat, maupun below the line.

Dari branding, advertising sampai ke sales. Baik melalui Paid Media, Own Media maupun Social Media. Koordinasi pusat daerah, tik tak Pemprov Kepri, Pemkot Batam, Pemkab Bintan dan Kemenpar ibarat tim sepak bola Barcelona menggocek bola dengan sentuhan satu dua.

Hasilnya, September 2015 langsung terasa signifikan di Batam dan Bintan. Begitu promosi Bebas Visa Kunjungan (BVK) digeber di Singapore dan banyak negara secara simultan, turis asal Tiongkok ke Great Batam naik menjadi 30,93%.

Disusul Korea Selatan, 20,9% yang kali pertama mengalahkan Jepang yang stagnan di posisi 13,73%. Wisman Inggris mananjak menjadi 10, 4%, mengalahkan Amerika yang berada di angka 6,16%. Lain-lain baru 17,84% yang masuk ke Great Batam itu.

Bukan hanya itu, Penyeberangan ke Bandar Bentan Telani, Bintan juga melonjak luar biasa. Orang kalau ke Bintan, tujuannya hampir pasti berwisata, baik alam maupun sport (golf).

Karena kualitas golf course di Bintang itu sudah satu level dengan Singapore dan banyak negara lain di dunia. Sedang harga green fee-nya, 30 persen lebih murah dari Singapore.

Fasilitasnya lebih asyik, kondisi alamnya lebih natural, dan landscape-nya juga didesain oleh arsitek sekelas Jack Nicklaus.

“Tapi begitu kena asap, tiba-tiba semua menjadi gelap. Langit menjadi gelap, jarak pandang jadi pendek, ada tirai yang membatasi ruang kreasi kita untuk mendownload lebih banyak wisman dengan berbagai atraksi. Tiba-tiba ada problem alam, yang berdampak kepada kami? Yang tidak tahu apa-apa dari mana asap itu bermula,” ungkap Guntur Sakti.

Karena itu, Guntur Sakti yang bersuara bariton itu langsung teringat dengan lirik Ebiet G Ade.

“Perjalanan ini terasa sangat menyedihkan. Sayang, engkau tak duduk di sampingku kawan. Banyak cerita yang mestinya kau saksikan. Di tanah kering berbatuan,” penggalan bait pertama pengawal lagu yang turut melambungkan penyanyi yang bernama asli Abid Ghoffar Aboe Dja’far itu.

Di ujung syair, Ebit pun berintrospeksi.

“Mungkin Tuhan mulai bosan melihat tingkah kita. Yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa. Atau alam mulai enggan bersahabat dengan kita. Coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang,” ungkap Guntur Sakti sampai mendendangkan lagu-lagu ber-genre balada, dan memotret suasana kehidupan Indonesia pada akhir tahun 1970-an hingga sekarang itu. 

“Tapi niat dan semangat kita kan dilandasi kebaikan, keiklasan, keseriusan, jadi tidak ada kata menyerah, harus tetap optimis! Jauh sebelum kita ada, kita hidup di sini, saat ini, juga sudah ada bencana kok. Berbagai bencana selalu ada dan turun di muka bumi. Dan kita tidak perlu saling menyalahkan, karena factor bencana. Juga tidak perlu menghindar dari siapapun karena force majeur. Kita cari cara yang kreatif untuk mengejar target yang lebih baik,” papar GS, panggilan Kadispar Kepri itu.

GS juga ingat kata-kata Menpar Arief Yahya, saat kita meraih segalanya, maka pada saat yang sama, mungkin kita akan kehilangan segalanya. Bentuk keiklasan setelah melakukan sesuatu yang terbaik buat negeri.

Namun, GS yakin akan pepatah: Habis Gelap Terbitlah Terang. Habis Asap dan Abu Vulkanik, Terbitlah Pelangi yang Indah Berwarna-warni.

“Karena itu, bencana kita urus, kita introspeksi, tapi pariwisata harus tetap berlari, mengejar target yang tinggi,” ujarnya.   

Kadispar Sumsel Irene Camelyn Sinaga juga sekata dengan GS. Setiap musibah dan bencana yang diujikan Tuhan kepada umatnya, selalu satu paket dengan anugerah dan kemuliaan. Tidak ada yang menghendaki, Gunung Raung “meraung”, Gunung Sinabung “berkabung”, Gunung Gamalama melepas debu vulkanik, dan waktunya nyaris bersamaan. Tidak ada yang mau, Anak Gunung Rinjani (Barujari) bersendawa melepas abu dari perut bumi juga.

“Saya yakin itu cara Tuhan untuk menaikkan kualitas dan kemampuan insan pariwisata kok,” kata Irene.

Optimisme tidak boleh putus, di saat kabut sedang menyelimuti dunia pariwisata. Bali, Lombok, Banyuwangi pasti terasa betul impact-nya.

Tapi soal asap, Sumatera sampai ke Kepri juga terdampak serius. Betapa sulit dan repotnya menangkap turis melalui sales mission, satu per satu. Dan di saat isu erupsi mengemuka, semua yang didapat, hilang begitu saja.

“Kami sendiri akan terus mencari ganti, dengan momentum even-even internasional yang dilangsungkan di Palembang, seperti Asian Games,” akunya. 

Taufan Rahmadi, Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD), Nusa Tenggara Barat (NTB) lagi-lagi punya ide original.

Mungkin ide ini bukan yang pertama, tapi gagasan besar itu selalu nyaring di saat menemukan momentum besar. Bencana yang membuat Bandara Internasional Lombok (BIL) tutup, dan Bandara Ngurah Rai buka tutup, mengingatkan akan pentingnya konnektivitas alternative.

“Mengapa kita tidak berani memikirkan jembatan Selat Lombok? Yang mengkoneksi Bali-Lombok dari Padang Bay? Juga Jembatan Selat Bali? Yang menghubungkan Ketapang Gilimanuk?” ungkap Taufan. 

Dengan begitu, ketika bandara tutup, tidak ada masalah. Tidak perlu stress, tidak perlu meneteskan air mata, karena ada alternative jalur darat.

Memang membutuhkan biaya besar? Tetapi kalau pariwisata dijadikan leading sector, mengapa takut? Infrastruktur juga harus diprioritaskan dong? Yang bisa mensupport pertumbuhan industri pariwisata.

"Toh kalau dimulai sekarang, juga baru akan selesai 5-10 tahun yang akan datang? Tapi ada rencana besar menuju ke sana,” kata Taufan Rahmadi.

Selain itu, lanjut Taufan, saatnya dibangun sarana dermaga yang bagus, yang bisa menghubungkan Lombok-Bali-Banyuwangi ke arah barat, dan Sampai NTT kearah timur dalam package yang regular. Sehingga kalau pun hambatan ada di udara dan darat, masih ada moda transportasi laut yang siaga angkut.

Di sinilah peran cruise atau kapal pesiar yang secara rutin bergerak dari dari dermaga ke dermaga di kota-kota itu.

“Pariwisata kita akan semakin maju tak terbendung,” ujar Taufan, aktivis penggerak Wisata Syariah di Lombok “Pulau Seribu Masjid” dan Provinsi NTB “Sejuta Tahfidz Al Qur’an” itu.

Rupanya, banyak hikmah di balik bencana di pariwisata.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini