News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Travel Story

Berburu Songket di Kampung Sade, Lombok: Anda Tak Perlu Takut Menawar di Tempat Ini

Editor: Malvyandie Haryadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Suku Sasak di Desa Sade, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Warga Desa Sade menjajakan kain tenun khas Lombok kepada wisatawan yang berkunjung ke kampung tradisional tersebut.

TRIBUNNEWS.COM, LOMBOK - Siapa bilang kampung adat hanya tempat menikmati "mesin waktu ke masa lalu"?

Di Kampung Adat Sade, pengunjung dapat menikmati berbelanja langsung ragam hasil tangan masyarakat tradisionalnya.

Kampung Adat Sade adalah dusun di Desa Rembitan, Pujut, Lombok Tengah.


Husnul (19) perajin tenun kain songket tampak sedang melakukan demo atau nenun di stand miliknya. (Tribun Jabar)

Masyarakat di sini selain hidup dari bertani dan menenun, juga hidup dari menjual oleh-oleh.

Bahkan, Kampung Adat Sade sudah jadi salah satu sentra oleh-oleh yang terkenal di Lombok.

"Di sini juga tempat jual oleh-oleh," ujar pemandu Kampung Adat Sade, Salim.

Jika datang ke sini, ada banyak barang yang dapat dibeli, semuanya adalah khas Lombok.

Untuk olahan tenun misalnya, ada songket, semacam kain panjang yang biasanya digunakan untuk kostum keseharian atau upacara tertentu. 

Songket biasanya diselipkan di bahu kanan, miring ke pinggang kiri, disangkutkan pada kain sarung.

Ada juga sarung yang terbuat dari tenun, sajadah dari tenun, bahan pakaian, hingga bed cover.

Semua olahan tenun ini menggunakan pewarna alami.

Warna kuning misalnya diambil dari kunyit, warna biru dari nila, coklat dari serabut kelapa, merah dari kulit kayu leke, hingga hijau dari daun kecipir. 

Karena menggunakan warna alami, maka warna yang ditampilkan cenderung pudar atau kalem.

Jadi, jika belanja kain di sini, jangan terkecoh dengan warna-warna cerah yang menyala-nyala.

Karena yang menggunakan warna alami justru warnanya lebih pudar.

Untuk satu produk tenun, penenun mampu menyelesaikannya dalam waktu satu minggu hingga tiga bulan, tergantung kerumitan motif dan panjang kain. Jadi selain motif, yang menentukan harga di sini adalah panjangnya.

Untuk produl-produk tenun, dijual dari harga Rp 50.000 hingga Rp 500.000 per produk.

Jika sedang sepi pengunjung, harga bisa lebih murah. Tak perlu takut menawar.


Inaq Melan (60), menjajakan kain tenun di Desa Sade, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. (KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN)
 

Selain tenun, pengunjung juga dapat membeli aneka gelang di Sade.

Gelang terbagi dua macam, ada yang melingkar polos, ada yang pipih dan memiiliki tulisan.

Gelang-gelang ini juga memakai pewarna alami sehingga warnanya cenderung pudar atau norak.

Gelang-gelang ini dihargai Rp 10.000 untuk tiga buah hingga Rp 5.000 per buah, tergantung bentuk dan kerumitan juga.

Jika ada tulisan pada gelangnya, biasanya harga akan lebih mahal.

Atau pengunjung juga dapat membeli aneka benang tenun di sini.

Menyaksikan proses menenun juga jadi tontonan cukup menarik.

Selain itu, pemburu benda antik juga dapat mencari kelontongan sapi alias lonceng sapi.

Harganya berkisar antara Rp 150.000 - Rp 400.000 tergantung pada ukurannya.

"Dulu masih murah, sekarang sudah naik," papar Salim.

Kampung Adat Sade memiliki lahan seluas 7 hektare, dihuni oleh 150 kepala keluarga yang masih satu pertalian darah.

Rumah-rumahnya dibangun dari bambu dan jerami.

Masyarakat menyebutnya Bale.

Kebanyakan rumah adalah Bale Tani karena penghuninya adalah pentani.

Masyarakat Kampung Adat Sade adalah orang Sasak (suku asli Lombok) asli.

Mereka yang berusia 40 tahun ke atas biasanya belum bisa berbahasa Indonesia.

Maka pergilah bersama pemandu untuk memudahkan proses tawar menawar.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini