Lebih lanjut dia menceritakan, rasa malu sempat dia rasakan saat pertama kali berjualan soto.
Lama hidup dalam kecukupan dan disegani banyak orang dan tiba-tiba menjadi penjual soto menjadi alasannya.
"Makannya saya setiap hari berpenampilan rapi untuk mengurangi rasa minder tersebut.
Pertama kali buka Rohaji hanya dapat uang Rp.20 ribu, tetapi hal tersebut tidak menyurutkannya tetap berjualan soto.
Meskipun hanya belajar membuat soto selama dua hari, tetapi rasa soto yang diraciknya memang mantap.
Soto Lamongan Hijroh menawarkan rasa yang segar dan gurih yang dihasilkan dari penggunaan koya sebagai ciri khas soto Lamongan.
Kuah dengan cita rasa rempah yang kuat berpadu pas dengan irisan daging ayam kampung dan potongan telur ayam rebus, nasi, kobis, dan bihun.
"Banyak pelanggan yang bilang, soto di sini adalah soto Lamongan yang rasanya sama persis di daerah asalnya," kata Rohaji.
Kini dalam seharinya Rohaji mampu menghabiskan tujuh ekor ayam kampung, atau mampu menjual sekitar 200 porsi soto.
Jumlah tersebut biasanya akan meningkat pada akhir pekan.
Untuk harga satu porsi Soto Lamongan racikan Rohaji dapat anda nikmati dengan harga Rp.9 ribu.
Setiap harinya warung makan sederhana ini buka dari pukul 06.00 pagi hingga 02.00 siang.(*)