Betapa tidak, wisatawan hanya akan melihat rumah panggung dari bahan papan dan tepas, dan mata pencaharian penduduknya yang mayoritas petani dan pencari ikan di sungai.
Warna rumah di desa tersebut pun selaras, semuanya warga papan dan tepas gelap, alias hitam keabu-abuan dan atap yang beberapa masih menggunakan rumbia.
Aron, penduduk, menuturkan rumah tersebut mereka percaya untuk menghormati tradisi turun menurun dari buyut mereka yang sudah melestarikan rumah panggung di desa mereka.
Ini bentuk kekompakan warga, jadi kalau ada yang mau bangun rumah baru pun ya harus berbentuk rumah panggung, yang paling modern paling dari bahan kayu dan tangga beton.
Ada juga rumah panggung diPulau Asu, yang berada di Kecamatan Sirombu, Nias Barat, yang juga menjadi destinasi wisatawan yang ingin jauh dari rutininas alias kehidupan kota dan keramaian.
Sebab, pengunjung pulau ditawarkan keprivasian seperti berada di pulau milik pribadi.
Jarak rumah penduduk satu dengan penduduk lainnya bisa hingga 100 meter, rumah-rumah di sana juga masih 'perawan'. Terbuat dari tepas dan kayu dari belahan pohon kelapa.
Jika sudah ke Pulau Asu, Nias, makaRumah Adat Desa Bawomataluo tidak boleh di lewatkan karena juga berada di kawasan Nias tepat Teluk Dalam. Rumah-rumah di desa tersebut merupakan rumah adat Nias yang masih kokoh dan terjaga kekhasannya tanpa perombakan modernisasi seperti rumah pada umumnya di zaman sekarang.
Rumah adat Nias tersebut bahkan sudah memasuki berusia ratusan tahun dan masih ditempati oleh keturunan penduduk pertama desa tersebut.
Desa tersebut dibuka untuk wisatawan lokal hingga mancanegara, wisatawan yang datang tentu karena tertarik bangunan tua yang ada di sini.