TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Lazimnya, masak daging rendang ala Padang atau gulai kambing menghabiskan waktu berjam-jam. Tapi berkat Heat & Eat, menyajikan menu favorit rumahan itu cuma tujuh menit!
”Heat & Eat bantu banget buat hadirkan masakan khas rumahan tanpa repot. Dan yang penting, tanpa pengawet karena biasanya makanan kemasan itu ada zat itunya,” kata artis Mona Ratuliu dalam peluncuran Heat & Eat di Jakarta, Kamis (17/12/2015).
Heat & Eat adalah produk masakan dengan spesialisasi menu rumahan. Sementara ini baru tersedia 10 menu khas Nusantara. Sebut saja ayam balado dan daging rendang dari Padang. Lalu semur daging dari Betawi, ayam woku dan ayam rica merah dari Manado. Ada pula tongseng dan gulai kambing dari Jawa, ayam bakar bumbu Bali.
“Rasa makanan adalah segalanya bagi warga Indonesia. Kami memahami setiap daerah memiliki cita rasa yang berbeda-beda. Untuk itu kami menghadirkan Heat and Eat dengan cita rasa yang otentik” timpal Nicolas Durupt, General Marketing Heat & Eat.
Produk makanan olahan ini, tegas Nicolas, bebas dari bahan pengawet. Alhasil, ada perlakuan khusus terhadap kemasan Heat & Eat karena harus disimpan dalam suhu di bawah nol derajat celcius. ”Sepanjang produk ini disimpan dalam freezer, maka rasa dijamin tak akan berubah,” katanya.
Proses penyajiannya pun sangat sederhana. Produk Heat & Eat dapat langsung dikonsumsi cukup dengan bantuan microwave, direbus, maupun ditanak.
Harganya sendiri tergantung dari berat dan pilihan menu. Hanya dapat dipastikan, rentang harganya mulai dari Rp 30 ribu untuk kemasan 250 gram dan Rp 60 ribuan untuk kemasan big size. ”Kemasan 250 gram cukup untuk dua porsi,” terang Nicolas.
Sementara ini Heat and Eat telah hadir di bebarapa jaringan modern market seperti Ranch Market, Farmers Market, AEON City Mall dan Hari-Hari. ”Nanti daerah-daerah lain menyusul,” ucap Nicolas.