Dengan dijadikan dodol, ia bisa lebih tahan lama dan sudah terkenal menjadi cemilan serta oleh-oleh khas Rengat.
“Yang buat dodol kedondong ini sudah dalam bentuk home industry. Sekali produksi dalam jumlah yang banyak dan tersebar hingga Pekanbaru bahkan luar Riau,” katanya.
Di Pekanbaru, bisa anda temukan salah satunya di Gerai oleh-oleh Khas Riau Cik Puan di Jalan Jenderal Sudirman.
Berbagai oleh-oleh khas Riau yang berasal dari berbagai kabupaten tersedia di sini. Termasuk juga oleh-oleh khas Inhu yaitu dodol kedondong.
Selain itu juga ada dodol cempedak yang juga buah tangan dari kabupaten Inhu juga.
Pemilik salah satu home industry dodol kedondong di Rengat, Ratna Aiba kepada Tribunpekanbaru.com mengatakan dodol kedondong ini merupakan usaha peninggalan orangtuanya.
Kini ia dan saudaranya yang menjalankan.
“Dodol kedondong ini awalnya ibu saya bersama ibu-ibu PKK yang jalankan. Sekarang kami anak-anaknya yang menjalankan lagi semenjak ibu sudah tidak ada lagi,” sebutnya.
Untuk membuat dodol kedondong ini, lanjut Ratna memerlukan waktu yang cukup lama.
Mulai dari proses mengupas kulit kedondong, memisahkan isi dari bijinya yang berserabut, merebusnya hingga lembut.
“Kemudian ia diayak dan dipisahkan dengan tulangnya. Lalu diolah dengan bahan-bahan yang lainnya. Sekitar empat jam lah proses membuatnya,” kata Ratna.
Sedangkan bahan-bahan yang lain yang digunakan seperti gula pasir tepung pulut, wijen dan santan.
Dikatakan Ratna, ada juga yang menggunakan gula merah. Tetapi produksinya dari awal hanya menggunakan gula pasir.
“Pengolahannya massal, mengaduknya sudah menggunakan mesin. Karena buatnya dalam jumlah besar,” sebutnya.
Kemudian untuk ukuran gulanya harus pas, lanjut Ratna kalau kalau kurang gulanya akan cepat bercendawan.
Misalnya untuk kedondong 50 kg gula yang dibutuhkan 12 kg untuk yang tua. Kalau yang muda gula yang dibutuhkan 15 kg.
“Sebenarnya lebih bagus pilih kedondong yang tua, lebih manis dan pas masaknya,” pungkas Ratna. (*)