News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Wisata Aceh

Tiga Kuliner Khas yang Wajib Dicoba Saat Kamu Liburan di Aceh

Editor: Malvyandie Haryadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Mi Aceh.

Laporan Wartawan Serambi Indonesia, Nurul Hayati

TRIBUNNEWS.COM, ACEH - Berkunjung ke suatu daerah tentu tak lengkap tanpa mencicipi kuliner khas daerah setempat.


Ayam tangkap. (Serambi/Nurul)

Dari provinsi paling barat Indonesia, Aceh menyuguhkan rupa-rupa makanan dan minuman yang tentu sayang kalau dilewatkan.

Jika anda berkesempatan melancong atau berencana menghabiskan libur akhir tahun, berikut daftar kuliner yang ‘wajib’ dicoba.

Tribun Travel menghimpunnya untuk anda.

Surga penikmat 'si bubuk hitam'

Jauh sebelum kota-kota metropolitan dijamuri gerai kopi, Aceh sudah lebih dulu akrab dengan budaya ngopi.

Bahkan menjadi salah satu ladang penghasil bijih kopi terbaik dunia: kopi Gayo.

Menawarkan jenis kopi arabica dan robusta.

Salah satu tempat yang direkomendasikan adalah Dhapu Kupi.

Warkop 24 jam ini berlokasi di dua titik: Jalan Imuem Luengbata, Simpang Surabaya, gerbang masuk ke Kota Banda Aceh dan Jalan Sulthan Iskandar Muda, Punge Ujong, Kecamatan Meuraxa, arah menuju pantai Ulee Lheu.


Kopi Aceh. (Serambi Indonesia/Nurul)

Kedua tempat ini selalu dibanjiri pengunjung, konon lagi ketika ‘demam bola’ melanda.

Akan tetapi menyeruput kopi yang diseduh dalam cangkir sudah biasa.

Namun pernahkah anda membayangkan menyesap kopi dalam posisi cangkir yang sengaja dibalik?

Itulah yang ditawarkan Kedai Tubruk & Arabica.

Kedai kopi yang meracik bijih kopi robusta dan menyajikannya dengan cara yang unik.

Hanya ada di Aceh.

Kopi khop atau yang bermakna kopi tubruk berasal dari Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.

Konon cara penyajian kopi ini terilhami dari model topi pahlawan nasional, Teuku Umar.

Namun anda tak perlu jauh-jauh ke tempat kopi itu berasal untuk menjajal lidah karena sejak 2015 ini kopi khop telah hadir di ibukota provinsi, Banda Aceh.

Beralamat di Jalan AMD Nomor 36, Batoh, Banda Aceh Kedai Kopi Tubruk & Arabica buka dari pukul 16.00 WIB – 24.00 WIB.

Kedai kopi yang berlokasi tak jauh dari terminal bus provinsi itu merupakan satu-satunya di Kota Banda Aceh.

Seperti namanya, kopi khop atau kopi terbalik menggunakan gelas yang diposisikan terbalik di atas piring kecil.

Sebuah sedotan akan membantu kita untuk menyesap tetes-tetes kenikmatan dari celah gelas.

Tak perlu khawatir, meskipun tidak disaring sama sekali seperti umumnya kopi Aceh yang disaring berulang-ulang, ampas bijih kopi tidak akan terminum karena posisinya mengapung di atas gelas.

Kedai Kopi Tubruk & Arabica menawarkan varian rasa berupa kopi khop original, kopi khop susu, kopi khop susu coklat, dan tower.

Menawarkan dua versi: panas dan dingin.

Untuk menikmati secangkir kopi khop cukup merogoh kocek antara Rp 5 ribu – 11 ribu saja.

“Penikmatnya bukan hanya orang Meulaboh-Aceh Barat, tapi juga dari kabupaten/kota lain dan juga turis asing. Rata-rata pengunjung datang karena penasaran dan selalu ingin kembali karena ketagihan,” ujar Yudi sumringah.

Dalam sehari Kedai Tubruk & Arabica menghabiskan 4-5 Kg bijih kopi atau setara 160-200 gelas kopi.

Menawarkan atmosfer terbuka dengan pilihan set kursi dan lesehan, kedai kopi ini membawa kita pada suasana tempo doeloe.

Tulisan nope dan no wifi menegaskan kalau tempat ini benar-benar mengajak pengunjung meresapi kenikmatan dalam secangkir kopi.

Goyang lidah dengan mi Aceh

Anda tentu anda tak asing lagi mendengar nama mi Aceh, salah satu kuliner yang cukup akrab di lidah kebanyakan orang Indonesia.

Namun tentu saja sensasinya berbeda jika menyantapnya di daerah tempat kuliner itu berasal.

Salah satu warung mi Aceh yang cukup kesohor yaitu Mi Razali.

Berdiri sejak tahun 1967, Mi Razali tak pernah sepi pengunjung.

Tempat ini menjadi langganan pejabat mulai menteri hingga presiden RI, tak terkecuali Jokowi pernah menjajal lidah di sini.

Letaknya yang strategis di pusat kota di Jalan TP Polem, Peunayong, Banda Aceh dan tentu saja racikan mi rahasia dapur keluarga menjadikan tempat ini sebagai destinasi wisata kuliner ‘wajib’.

Mi Razali menawarkan mi original dan mie spesial.

Untuk mi Aceh original ala Razali dengan komposisi mi tepung, dicampur sayuran berupa toge dan kol berlumur bumbu yang sudah dihaluskan dihargai Rp 10.000 per porsi.

Sementara untuk mi spesial dengan tambahan (udang/cumi/daging/kepiting) dihargai Rp 25.000 per porsi.

Kalau anda ingin mencicipi perpaduan keempat rasa spesial itu dalam satu sajian, maka anda cukup merogoh kocek Rp 45.000.

Harga yang terbilang miring untuk rasa yang istimewa.

Khusus bagi pengunjung yang memesan mi spesial kepiting, anda tak perlu pusing memikirkan cara melahapnya.

Kita tak akan dibuat repot karena pelayan sudah menyiapkan sebuah perlengkapan makan untuk merobek cangkang kepiting yang dikenal keras itu.

Kekhasan dari mi Aceh adalah komposisi rempah dan bumbu yang dihaluskan yang menghasilkan citarasa pedas dan asam yang pas di lidah.

Rasanya yang nendang juga diperoleh dari cara memasak baik dengan direbus, ditumis, atau digoreng.

Kita bisa memilih sesuai selera dengan sajian fresh food.

Cukup menunggu 2 hingga 10 menit, maka pesanan pun siap terhidang di atas meja.

Selain itu rahasia kelezatan mi Aceh adalah acar bawang yang menjadi menu pendamping.

Acar bawang terdiri dari irisan bawang merah ditambah mentimun, jeruk nipis, cabai rawit, dan kerupuk melinjo.

Sementara untuk mi yang menjadi bahan baku utama terbuat dari tepung dan diolah langsung oleh empunya warung mie.

Kesemuanya juga dalam kondisi fresh.

Di Aceh, kita dengan mudah menemukan warung mie yang berjejal di setiap sudut kota hingga pelosok desa.

“Dalam sehari kami bisa menghabiskan hingga 100 Kg mie dengan pengunjung mencapai ratusan orang,” papar salah satu koki mie Razali, Rahmat.

Tempat ini buka dari jam 10.00 – 01.00 WIB.

Sore hingga jelang tengah malam menjadi puncak pembeli.

Selain di Peunayong, kita juga bisa merasakan kelezatan mi Razali yang membuka cabangnya di Jalan Soekarno – Hatta, Lampeuneureut, Darul Imarah, Aceh Besar.

Bagaimana, sudah siap ‘goyang lidah’ dengan sensasi rasa mie Aceh?

Ayam tangkap

Dari namanya saja makanan yang satu ini sudah unik.

Ayam sampah atau ayam tangkap, begitu nama populernya.

Disebut ayam sampah karena makanan yang menjadikan ayam goreng sebagai komposisi utama disajikan bersama gunungan daun rempah berupa temuru (sejenis kemangi) dan pandan yang digoreng kering.

Tak heran kalau kemudian pembeli menamainya ayam sampah.

Sedangkan nama ayam tangkap merupakan nama resmi yang disematkan oleh pemilik usaha rumah makan.

Hal ini karena pembeli bebas memilih ayam mana yang hendak disantap, baru kemudian ditangkap dan diolah oleh koki untuk disajikan kepada si pemesan.

Sama seperti namanya, cara menyantapnya juga unik.

Daun temuru dan pandan yang memenuhi hampir semua permukaan piring hanya menyisakan sedikit celah bagi potongan ayam yang mengintip dibalik gunungan daun.

Oleh karena itu jika hendak memakannya, maka anda harus mengubek-ubek terlebih dulu guna menemukan ayam yang dipotong kecil-kecil yang tertimbun dedaunan. Ckckck...

“Ayam tangkap cocok dimakan berdua atau bertiga. Porsinya cukup besar dan enak disantap dengan nasi selagi hangat,” ujar Nunung, warga asal kota setempat yang makan bersama seorang teman.

Rumah makan yang beralamat di Jalan Tgk Imum Luengbata, Banda Aceh tersebut konon merupakan tempat pertama yang memperkenalkan ayam tangkap di ibukota provinsi paling barat Indonesia tersebut.

Kini keberadaan warung makan yang menyajikan makanan serupa kian sulit ditemui.

Setiap harinya Rumah Makan Aceh Rayeuk menghabiskan hingga 150 ekor ayam untuk memenuhi permintaan pembeli.

Selain melayani pembeli yang makan di tempat, Boy sang pemilik juga menerima pesanan dari berbagai daerah di Indonesia.

Tempat yang berdiri sejak 1996 ini buka dari jam 09.00 – 22.00 WIB setiap harinya.

Khusus bagi anda yang membawa pulang atau memesan, makanan tersebut tahan hingga 4 hari. Cukup disimpan dalam microwave atau dipanaskan dengan cara digonseng.

Karena dimasak dalam kondisi kering betul, maka tak perlu khawatir citarasanya berubah.

Boy mengungkap dirinya setia menggunakan jenis ayam kampung yang terbilang muda.

Tempatnya mempekerjakan seorang koki khusus untuk mengolah ayam spesial tersebut.

Untuk menikmati seporsi ayam tangkap, kita harus merogoh kocek Rp 60.000.

Hmmm... meriahnya makan.

Demikian deretan kuliner yang direkomendasikan Tribun Travel untuk anda.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini