Laporan Wartawan Tribun Jateng Dini suciatiningrum
TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - Ingin mencari kesegaran di tengah udara panas Kota Semarang, Jawa Tengah?
Cobalah ke Dusun Plumbon, Kelurahan Wonosari, Kecamatan Mangkang, Kota Semarang.
Anak-anak yang tinggal di sekitar air terjun bermain di Curug Wadas Malang. (Tribun Jateng/Dini Suciatiningrum)
Di sana, terdapat air terjun atau curug yang menawarkan kesegaran.
Warga sekitar menyebut air terjun tersebut Curug Wadas Malang.
Uniknya, air terjun ini berada di dataran rendah atau masuk wilayah pesisir laut Jawa bagian utara.
Curug Wadas Malang berada di area hutan Plumbon.
Itu sebabnya, butuh perjuangan, bahkan harus menempuh perjalanan tiga kilometer dari Jalan Raya Mangkang untuk mencapainya.
Nyali Anda pun diuji lantaran harus melintasi kuburan masal yang konon digunakan untuk mengubur korban keganasan gerakan PKI.
Mungkin juga, Anda akan menemukan sekelompok pehobi motor trail yang tengah melintas. Kawasan ini memang memiliki lintasan terjal dan berliku.
Bangunan yang pernah menjadi jembatan tempat rel dorong untuk mengangkut kayu jati. (Tribun Jateng/Dini Suciatiningrum)
Setelah sampai di sebuah tebing, tempat Anda bisa memarkir sepeda motor, gemericik air mulai sayup terdengar.
Jangan senang dulu. Bersiaplah meniti jalan menurun untuk menuju sumber suara.
Sumber suara tersebut berasal dari Curug Wadas Malang yang tak terlalu tinggi, hanya sekitar lima meter.
Air terjun ini dikelilingi bebatuan besar. Biasanya, anak-anak yang bermain di sekitar curug memanfaatkan bebatuan tersebut sebagai pijakan melompat ke dasar curug.
Namun, Anda yang tak mahir berenang, tak perlu menguji nyali terjun ke dalam dasar air terjun. Dalamnya mencapai tiga meter.
"Sepulang sekolah, kami pasti main ke sini (Curug Wadas Malang). Bersama teman-teman mengendarai sepeda. Sesampainya di curug, pasati mandi. Airnya segar dan seru bisa berenang di sini," ujar Irfan (13), warga Plumbon.
Tak hanya Irfan, Miftahul Huda (22), juga kagum akan suasana Curug Wadas Malang.
Meski tinggal di Wonosari atau masih sekitar air terjun, Huda mengaku baru mengetahui keberadaan curug tersebut belum lama ini.
"Saya baru tahu dari teman yang rumahnya tak jauh dari sini. Ternyata benar, suasana di sini asri dan tenang," kata dia.
Aliran air dari Curug Wadas Malang terlihat jernih. Bahkan, Anda bisa melihat isi dasar sungai secara jelas. Sesekali, terlihat ikan wader yang melintas.
Di dekat curug, terlihat bangunan tinggi dan kokoh dan puing-puing yang sudah runtuh.
Konon, di zaman penjajahan Belanda, bangunan ini merupakan rel kereta dorong pengangkut kayu jati.
Tokoh Masyarakat Desa Plumbon, Sukisman mengatakan, Curug Wadas Malang berarti air yang turun dari tebing ke atas bebatuan yang melintang.
"Menurut orang tua dulu, ada sejoli yang mengikrarkan janji dan menorehkan nama di Curug Wadas Malang dan berakhir pada pernikahan yang langgeng," papar Sukisman.
Diakuinya, Curug Wadas Malang belum terlalu populer.
Kalaupun kini banyak yang berkunjung, itu pun warga sekitar.
Dia pun berharap, Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang menetapkan Curug Wadas Malang sebagai objek wisata resmi.
"Kalau sudah diakui sebagai aset, tentu akan dibuatkan akses jalan dan semakin go public," harap Sukisman.
Itu sebabnya, fasilitas di sekitar air terjun ini belum ada.
Tak ada toilet dan musala, bahkan warung yang menyediakan air minum pelepas dahaga. Yang ada, pemandangan hutan luas.
Anda yang ingin mencapai tempat ini bisa mengarahkan kendaraan melalui gang di Pasar Mangkang ke arah barat sekitar 300 meter.
Selanjutnya, belok ke kanan dan memasuki pemukiman penduduk.
Sampai pertigaan, ambil kiri dan ikuti jalan beraspal hingga menemukan hutan jati berjalur tanah liat. Jalur ini hanya bisa dilalui sepeda motor atau sepeda kayuh.
Anda tak akan dipungut biaya masuk maupun parkir lantaran belum dikelola pemerintah setempat. (*)