Laporan Wartawan Tribun Timur Nurul Adha Islamiah
TRIBUNNEWS.COM, MAKASSAR - Jika Anda berjalan-jalan ke kota Makassar, tentu akrab dengan Jl.Datu Museng, kawasan kuliner kota Makassar.
Yah, letaknya di sebelah utara RS Stella Maris. Kebanyakan masyarakat mengenal Jl.Datu Museng sebagai kawasan wisata kuliner. Namun sebenarnya lebih dari itu.
Di jalan yang memanjang ke arah Timur ini, terdapat sebuah makam kecil di antara bangunan restoran dan kawasan pemukiman.
Makam tersebut milik Datu Museng. Datu Museng sangat kental dengan Sinrilik. Ia dikenal sebagai tokoh yang mempopulerkan budaya Sinrilik hingga terkenal di seantero Sulawesi Selatan.
Di ujung barat jalan Datu Museng, terdapat situs makam yang menghadap ke selatan, dengan bangunan berwarna hijau, dilengkapi sebuah pagar besi sederhana.
Saat Tribun berkunjung ke makam Datu Museng, Rabu (6/1/2016) ada juru kunci yang siap mengantar dan menemani pengunjung untuk berziarah. Beliau menolak menyebutkan namanya. Ia mengaku ada banyak orang yang berkunjung ke makam Datu Museng. Ada yang berjalan-jalan, berziarah dan tak jarang mengantarkan sesajien.
Pengunjung yang beramai-ramai datang dari berbagai latar belakang seperti akademisi, mahasiswa, PNS, polisi dan terakhir adalah Sultan Sumbawa ke 17 yaitu Sultan M. Kaharuddin IV beserta istrinya Andi Tenri Djadjah (permaisuri sumbawa) yang notabene seorang asli Pangkajene Pangkep.
"Pernah datang kesini raja Sumbawa ke 17, dia bawa istrinya Andi Tenri Djadjah yang aslinya itu orang Pangkajene Pangkep," ujar juru kunci makam kepada Tribun.
Di dalam bangunan makam terdapat dua nisan kayu berdiri bersanding kukuh. Konon itulah makam kedua pasangan Datu Museng dan Maipa Deapati.
Jika merunut kisah lalu, Datu Museng tak dapat terlepaskan dengan Maipa Deapati. Begitu kuatnya cerita cinta Datu Museng dan Maipa Deapati di benak orang Makassar, hingga kemudian nama kedua tokoh tersebut diabadikan sebagai nama jalan di kota Makassar yang berdekatan.
Jalan Datu Museng dan Jalan Maipa Deapati yang berdekatan turut menyiratkan direstuinya hubungan mereka oleh pemerintah kota Makassar.
Datu Museng merupakan tokoh di Sulsel yang mempopulerkan budaya Sinrilik.
Sinrilik adalah genre narasi populer orang makassar yang biasanya berirama dengan satu tekanan bunyi untuk lima atau enam suku kata yang diantarai dengan satu tekanan bunyi untuk delapan suku kata.
Datuk museng tak hanya mempopulerkan Sinrilik di Sulsel, sejak kepergiannya 4 maret 1765, pemilik nama asli I Karaeng Mallarangang tersebut telah menginspirasi para seniman dan tetua tetua suku makassar ewat alunan sinrilik yang menyayat hati.
Saat ini Sinrilik kembali dihidupkan melalui komunitas komunitas yang berupaya melestarikannya dengan menampilkan Sinrilik di acara-acara.