TRIBUNNEWS.COM, PELAIHARI - Pernah mendengar nama Bukit Telang?
Bagi warga Kota Pelaihari, Kabupaten Tanahlaut, Kalimantan Selatan, bukit ini sudah tak asing lagi.
Pemandangan padang rumput luas yang hijau menghampar dan berbukit-bukit menjadi panorama khas bukit ini.
Bak berada di negeri Teletubbies.
Semilir angin segar pun akrab menyapa para pengunjung karena ruang terbuka hijaunya yang luas memanjakan mata.
Bukit ini belum banyak dikunjungi wisatawan karena aksesnya yang susah karena menuju ke sana harus memasuki hutan dulu.
Pesona Bukit Telang di Kota Pelaihari Kabupaten Tanahlaut, Kalimantan Selatan.
Jika pun ada, kebanyakan pengunjungnya adalah anak-anak muda petualang yang memilih berwisata alam bahkan hingga berkemah di sana, menikmati keindahannya saat malam hari dan kesunyian alam di puncak bukit ini.
Di antaranya adalah Bayu Aditya Rachman yang belum lama ini bersama 11 temannya mengunjungi bukit tersebut.
Bukit ini, walaupun sepi, namun cukup menarik dikunjungi karena menampilkan pemandangan alam yang hijau dan jika dipandang dari atas, bukit ini seakan terbelah.
Ada jalan setapak yang panjang di atasnya yang jika dilihat dari atas bagaikan jalan semut yang kecil membelah bukit ini.
“Daya tariknya itu di sana pemandangan bukitnya hijau. Jadi, bagus sekali. Ada savananya juga, seluas mata memandang itu bukit-bukit hijau aja. Spesialnya bukit telang itu ada jalan setapak yang kalau dari atas kita melihat kayak jalan semut,” bebernya.
Menuju ke puncak bukitnya, mereka harus berjalan kaki.
“Tergantung kecepatan kita juga. Kisarannya 1,5 jam sampai di puncaknya,” katanya.
Dia dan teman-temannya berangkat dari Banjarmasin ke perkampungan dekat bukit ini sekitar 2,5 jam perjalanan hanya menggunakan sepeda motor.
Tiba di sana, mereka harus melewati perkampungan dan perkebunan sawit.
“Nggak ada rumah di sana. Banyak kebun sawitnya. Masuk perkampungan itu sekitar 30 menit kemudian kami mulai memasuki hutan. Di sana ada pondok berpenghuni. Penghuninya namanya Paman Musa yang menjaga lingkungan sekitar. Kami parkir kendaraan di situ, bayarnya Rp 5.000,” jelasnya.
Di pondok atau rumah Paman Musa ini ada warung kecil tempatnya berjualan makanan ringan seperti mi rebus.
“Warung makan cuma di situ. Kalau kami menginap di bukit itu, berkemah, sehingga kami membawa bekal sendiri,” ujarnya.
Setelah dari pondok Paman Musa, mereka melanjutkan lagi perjalanan ke Bukit Telang dengan berjalan kaki.
Pemandangan di sepanjang jalan berupa hutan dan perkebunan sawit sebelum mereka mencapai kaki bukit itu.
Lalu bagaimana dengan kondisi jalannya? Katanya rusak sekali.
Pesona Bukit Telang di Kota Pelaihari Kabupaten Tanahlaut, Kalimantan Selatan.
“Pas memasuki kawasan perkampungan dan kebun sawit itu jalannya beraspal, tetapi pas sudah ke sininya jalannya rusak, berpasir dan tanah liat gitu,” sebutnya.
Di sana tidak bisa dilewati kendaraan umum, jalannya pun kecil.
Karena aksesnya yang sulit, hanya bisa untuk sepeda motor.
Tiba di bukit itu, mereka berjalan kaki menuju puncaknya melalui jalan setapak yang disebut mereka jalan semut tersebut.
“Kalau naik sepeda motor sepertinya bisa juga menuju ke puncak bukit itu, tetapi harus sepeda motor trail karena kondisi jalannya sepertinya cocoknya buat sepeda motor jenis itu saja,” ujarnya.
Selama bermalam di sana, dia dan teman-temannya benar-benar menikmati kebersamaan dan keindahan alamnya.
Mereka berkemah dan memasak makanan di atas sana.
“Kami membawa beras dan telur, disimpan di botol. Kalau mau berkemah di sini dan mau yang lebih praktis bisa membawa mi instan,” lanjutnya.
Selama di sana, dia mengaku tidak buang air karena susah lingkungannya, tidak ada toilet atau tempat yang bisa ditumpangi untuk membuang hajat.
“Bisa saja sih kalau mau bersusah payah lagi turun bukit ke hutan untuk buang air, harus berjalan kaki dulu selama satu jam dan lebih jauh lagi dari rumahnya Paman Musa. Yang penting kan asal jauh dari kerumunan orang saja,” sebut pemuda penyuka fotografi ini. (Yayu Fathilal)