Laporan Wartawan Serambi Indonesia, Nurul Hayati
TRIBUNNEWS.COM, ACEH - Menelusup di balik bebukitan dan goa, membuat keindahan Pucok Krueng tak henti mengundang decak kagum.
Konon lagi bagi mereka yang baru pertama kali menjejakkan kaki ke tempat ini.
Siapa sangka dari balik bebukitan yang memeluk kawasan Lhoknga, Aceh Besar terdapat keindahan tersembunyi.
Selain dikenal dengan keelokan wisata baharinya, Lhoknga semakin mencuri perhatian lewat keberadan Pucok Krueng yang kini kian memendarkan pesonanya.
Pucok Krueng. (Serambi Indonesia/Nurul Hayati)
Menyuguhkan panorama berbeda dari bentang alam Kabupaten Aceh Besar yang dikenal dengan pantai pasir putihnya.
Sinar Pucok Krueng mulai timbul ke permukaan sejak beberapa tahun terakhir.
Pesona itu nyata membayang pada jernihnya air biru tosca yang menggenangi telaga.
Berdindingkan batu cadas yang membentengi pemandian tersebut.
Diliput hijaunya pepohonan yanng membuat segar mata memandang.
Kepak kelelawar yang keluar dari sarang ditingkap cericit burung menciptakan harmoni tersendiri.
Selebihnya adalah sunyi.
Ya, letaknya yang tersembunyi jauh dari hiruk pikuk membuat tempat ini cocok dijadikan pelarian.
Berfoto di Pucok Krueng. (Serambi Indonesia/Nurul)
Merasakan sensasi lebih dekat dengan alam yang menenangkan pikiran dan menenteramkan jiwa.
Kesejukan yang ditawarkan kontras dengan hawa panas yang membekap Aceh.
Pucok Krueng, oase di dari Lhoknga, Aceh Besar.
Pucok Krueng diambil dari bahasa lokal yang bermakna ujung atau muara sungai.
Hal ini karena letaknya yang persis berada di ketinggian ujung bukit dengan pemandian yang sumber airnya berasal dari pegunungan.
Di sisi telaga, sebuah gua berdiri gagah dengan gerombolan kelelawar sebagai penghuni.
Jika disusuri gua tersebut berujung ke sungai hulu di kawasan Lamno, Kabupaten Aceh Jaya.
Cukup mengejutkan karena jika ditempuh dengan jalur darat, maka jarak dari Lhoknga Kabupaten Aceh Besar menuju Lamno, Kabupaten Aceh Jaya tak kurang dari 75 Km.
Menuju lokasi
Jika berangkat dari pusat Kota Banda Aceh, maka membutuhkan sekitar 1 jam berkendara.
Melintasi jalur barat selatan dengan menyusuri Jalan Nasional Banda Aceh – Meulaboh.
Sekitar 30 menit mengaspal, selanjutnya perjalanan ditempuh dengan kondisi badan jalan berupa tanah dan bebatuan.
Berkunjung kemari saat musim hujan bukanlah ide yang baik.
Sisa perjalanan selama 30 menit tersebut terasa berat karena akses jalan yang terbilang masih seadanya.
Namun perjuangan menuju ke lokasi terbayar lunas sebegitu menjejakkan kaki di Pucok Krueng.
Bagi anda yang ingin menguji nyali, tersedia seutas tali yang menggelantung di sisi tebing.
Ayunkan langkah menapaki puncak dan uji adrenalin anda dengan melombat dari ketinggian 20 meter.
Hup! Byuuurrr...
Dinginnya air yang bersumber dari mata air pegunungan menyusup hingga ke pori-pori. Grrr...
Hanya segelintir orang yang berani menceburkan diri ke dalam telaga.
Tak heran, kedalaman pemandian berair tenang yang mencapai bahu orang dewasa membuat pengunjung berpikir ulang jika ingin menceburkan diri.
Konon lagi ditambah cerita-cerita mistis yang membungkus tempat tersebut.
“Airnya segar, tapi kalau untuk mandi saya nggak berani,” tutur Maksalmina, pengunjung asal Kota Banda Aceh yang baru-baru ini berkunjung ke tempat ke wisata alam tersebut.
Namun menikmati keindahan panorama yang belum terjamah tangan-tangan nakal manusia itu bisa menjadi pilihan menyenangkan.
Warga setempat berinisiatif mengelola Pucok Krueng agar kelestariannya tetap terjaga.
Cukup membayar tarif masuk Rp 10 ribu rupiah, anda sudah bisa menikmati keindahan persembahan dari alam Lhoknga-Aceh Besar.
Siapkan kamera anda dan abadikan setiap jengkal keelokan paras nusantara.