TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pekerja di sektor pariwisata Indonesia siap menghadapi era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dibanding sektor-sektor lainnya.
Hal itu juga sangat dimungkinkan dengan dorongan Kementerian Pariwisata untuk menghidupkan sikap terbuka dan siap menerima kritik membangun.
Pengamat ekonomi dan pariwisata Popy Rufaidah mengatakan hal itu saat berbincang dengan wartawan di Jakarta, Sabtu (9/1).
Popy yang merupakan Direktur Magister Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjadjaran itu mengaku setuju dengan pernyataan Menteri Tenaga Kerja M. Hanif Dhakiri, yang dalam rapat kerja Kementerian Tenaga Kerja dengan DPR RI menilai, dari segi kualitas dan kuantitas tenaga kerja sektor pariwisata Indonesia paling siap menghadapi MEA.
"Pekerja sektor pariwisata paling siap menghadapi MEA. Standar kompetensinya sudah sama dengan negara-negara lain," kata Menteri Hanif, Jumat (8/1) lalu.
Hanif memberikan contoh kecil, standardcleaning service di hotel A pasti sama dengan hotel B di negara lain. Hanif juga menegaskan, kesiapan SDM sector pariwisata itu tak lepas dari kerja sama intensif yang terjalin antara Kementerian Ketenagakerjaan dan Kementerian Pariwisata.
Popy mengatakan, tersebarnya tenaga kerja Indonesia yang bekerja di sektor pariwisata di seluruh dunia, juga turut memberikan andil besar dalam terbangunnya kesiapan tersebut.
Hubungan yang intens dengan budaya dan kebiasaan warga dunia, menurut dia, membuat sikap para pekerja pariwisata menjadi terbuka (open minded) dan senantiasa siap untuk berubah menjadi lebih baik.
"Hubungan dan pengenalan budaya dan orang-orang luar juga penting dalam membangun sikap terbuka," ujarnya.
Ketika semua itu kemudian mendapatkan dorongan kuat dari pimpinan tertinggi Kemenpar, efek perubahan yang terjadi di sector pariwisata itu wajar terkesan luar biasa.
Jadi, Menpar dalam hal ini telah menjadi katalisator dalam membangun kesiapan dan sikap untuk terus menerus menjadi lebih baik di kalangan pekerja pariwisata, kata Popy. Di Jepang, sikap itu disebut kaizen.
Beberapa waktu lalu, Asisten Deputi Pengembangan Kementerian Pariwisata, Noviendi Makalam, mengatakan, secara umum kesiapan SDM sector pariwisata Indonesia bahkan menempati posisi kedua setelah Singapura.
"Pekerja Indonesia memiliki keunggulan khas dalam hubungan bermasyarakat, yakni keramahan kepada pendatang dan tamu. Keunggulan itu sebagai Indonesian Hospitality yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia," ujarnya.
Saat itu Noviendi juga menegaskan, Kemenpar terus menggenjot upaya sertifikasi terhadap SDM di sektor pariwisata.
Noviendi mengklaim, sertifikasi kompetensi tenaga kerja bidang pariwisata di ASEAN, hampir 80 persen di antaranya berasal dari Indonesia dan sepenuhnya siap bekerja di negara-negara Asia Tenggara.
Setiap tahun, Kemenpar mampu melakukan sertifikasi bagi 5.000 tenaga kerja bidang pariwisata, selain sertifikasi yang dilakukan oleh pihak swasta.