News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Wisata Yogyakarta

Lima Tempat Kuliner Daging Kambing Paling Top di Yogyakarta

Editor: Malvyandie Haryadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sate Petir Pak Narno.

Laporan Wartawan Tribun Jogja, Hamim Thohari

TRIBUNNEWS.COM, YOGYA - Daging kambing, banyak diantara kita adalah penggemar fanatik olahan yang satu ini.

Maka tak heran hampir di setiap daaerah ada tempat makan yang menyajikan olahan daging kambing dengan beragam varian, tak terkecuali di Yogyakarta.

Berikut ini adalah lima tempat makan di Yogyakarta yang bisa didatangi para penggemar kambing

1. Tengkleng Pak Kribo


Satu paket tengkleng, sambel dan sepiring nasi putih di Warung Tengkleng Pak Kribo di Sleman Utara (Tribun Jogja/ Hamim Tohari)

Jika sedang berada di wilayah Sleman utara, anda bisa mencoba mencicipi olahan kambing di Warung Tengkleng Pak Kribo.

Terletak di salah satu emperan toko yang berada di Pasar Pakem, jalan Kaliurang km 18, Pakem, Sleman, Yogyakarta.

Setiap sore hingga malam Pak Kribo menjajakan tiga olahan daging kambing, yakni tengkleng, tongseng, dan gulai.

Setiap harinya Pak Kribo membuka lapaknya dari jam 17.00 hingga dagangannya habis.

Pak Kribo telah mulai berjualan sejak 27 tahun yang lalu.

Pria berusia 56 tahun tersebut menyatakan, dia mampu bertahan sekian lama dalam menjual makanan berbahan dasar daging kambing tersebut karena selalu mempertahankan kualitas olahannya.

Tengkleng olahahan Pak Kribo memiliki citarasa gurih karena dimasak dengan kuah yang cukup kental.

Tengkleng adalah olahan tulang kambing yang dimasak berkuah, meskipun berbahan dasar tulang, tetapi masih banyak daging yang menempel dipotongan tulang.

Daging dengan mudah dapat dilepaskan dari tulang-tulangnya karena dimasak cukup lama bersamaan dengan memasak gulai.

Sedang untuk tongseng memiliki kuah yang pekat dan berbumbu kuat, raasa kuahnya sedikit manis dan berkaldu.

Daging kambingnya pun cukup empuk, karena Pak Kribo menggunakan kambing berusia 8 bulan hingga satu tahun.

"Umur kambing 8 bulan hingga satu tahun adalah umur kambing dengan rasa paling enak saat disembelih. Dagingnya masih empuk, dan rasanya sudah gurih," ujarnya.

Untuk gulainya, rasanya gurih yang berasal dari santan yang menjadi kuah masakan tersebut, dan bumbu-bumbunya sangat terasa.

Rasa masakan bapak empat orang anak tersebut semakin nikmat karena masih menggunakan tungku berbahan bakar arang.

Dalam sehari Pak Kribo menyembelih dua ekor kambing sebagai bahan baku ketiga jenis olahannya tersebut.

Sebagai warung yang menjual olahan daging kambing, Pak Kribo tidak memasukan menu sate yang selama ini lazim ada disetiap tempat makan yang menjual olahan daging kambing.

2. Sate Klathak Pak Pong


Sate klatak. (Kompas.com)

Menikmati sisi romantisme Yogyakarta bisa melalui berbagai cara.

Salah satunya, bisa sambil menikmati beragam sajian kuliner.

Di Kota pelajar ini terdapat jenis sate yang sangat terkenal dan sangat khas Yogyakarta, yakni sate klatak.

Sate ini banyak dijumpai di daerah Bantul, khususnya di kawasan Jejeran.

Sate klatak adalah masakan sate dengan bahan dasar daging kambing muda yang disajikan bukan dengan tusuk yang terbuat dari bilah bambu seperti lazimnya masakan sate.

Sate ini justru disajikan dengan tusuk berupa jeruji sepeda kayuh yang terbuat dari batang besi.

Uniknya lagi, bumbu yang digunakan hanya berupa garam saja.

Salah satu tempat yang menjual sate klathak adalah sate Klatak Pak Pong.

Tempat warung sate yang berada di Jalan Stadion Sultan Agung (Jalan Imogiri Timur Km 10, Wonokromo) atau timur Stadion Sultan Agung ini setipa harinya selalu ramai dipadati pembeli.

Meskipun sate klathak hanya dibakar menggunakan bumbu garam, tetapi rasanya sungguh nikmat.

Potongan daging kambing terasa sangat gurih.

Satu porsi sate klathak hanya terdiri dari dua tusuk sate, meskipun demikian jumlah potongan daging dalam setiap tusuk cukup banyak, dan potongannya juga besar.

Besarnya potongan daging tersebut tidak lantas membuat daging alot karena berasal dari kambing muda.

Satu hal lagi yang membuat sate ini begitu spesial adalah tidak bau prengus.

Penggunaan jeruji sebagai tusuk sate bukanya tanpa alasan.

Dengan dipanggang menggunakan besi bisa menghantarkan panas ke dalam daging, sehingga dagingnya bisa matang sempurna.

Satu porsi sate klathak disajikan bersama nasi dan kuah gulai.

Jika anda menginginkan cita rasa pedas, tinggal menggigit cabai rawit yang disediakan di atas meja makan.

Biasanya, secangkir teh nasgitel (panas,legi, kentel) dengan gula batu, akan menjadi pelengkap menikmati lezatnya sate ini.

3. Sate Sor Talok

A photo posted by egiz_sella (@egiz_sella) on Oct 31, 2015 at 12:16am PDT

Di daerah Yogyakarta, khususnya di Kabupaten Bantul terdapat beberapa warung sate yang cukup terkenal, dan satu diantaranya adalah warung sate "Sor Talok".

Sor adalah kependekan dari Ngisor yang berarti bawah, dan talok adalah sebutan masyarakat jawa terhadap buah kersen.

Warung makan yang berada di Dusun Code, Kelurahan Trirenggo, Kecamatan Bantul, Kabupaten Bantul tersebut cukup terkenal di kalangan masyarakat Bantul.

Karena kelezatan olahan daging kambingnya, Bondan Winarno dan beberapa pesohor lainnya pernah mampir di sana.

Sate kambing adalah menu andalan tempat makan yang satu ini.

Seperti sate klathak, sate kambingnya ditusuk menggunakan ruji baru kemudian dibakar di atas arang.

Jika sate klathak disajikan tanpa bumbu, untuk sate Sor Waru ini disajikan bersama sambel kecap.

Penggunaan jeruji sepeda untuk membakar sate bertujuan membuat daging matang hingga bagian dalam, karena besi bersifat menghantarkan panas.

Sambel kecap yang terdiri dari potongan bawang merah, cabai rawit, merica bubuk, dan kecap berpadu pas dengan gurihnya daging kambing.

Sate disajikan tidak dengan tusuknya, tetapi telah dilepas dan disajikan di atas piring.

Selain disajikan bersama sambal kecap, disediakan pula irisan kobis, mentimun, dan tomat yang membuat rasa sate lebih segar.

Satu porsi sate ukurunya cukup besar, dan potongan dagingnya pun besar-besar.

Watingah pemilik warung sate kambing Sor Talok menceritakan dia telah berjualan sate kambing lebih dari 30 tahun.

4. Sate Petir Pak Nano

Sate petir adalah warung sate kambing yang terletak di Jalan Lingkar Selatan Yogyakarta, tepatnya berada di dusun Menayu, Kelurahan Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul ini menyajikan sate kambing dengan rasa yang ekstra pedas.

Sate kambing yang ada di warung tersebut sebenarnya hampir sama dengan kebanyakan sate kambing.

Daging kambing dibakar di atas bara api kemudian disajikan bersama sambal kecap.

Tetapi yang membedakan dengan sate kebanyakan adalah irisan cabai rawitnya yang sangat banyak, sehingga rasanya menjadi begitu pedas.

Selain irisan cabai, disambal kecap tersebut juga terdapat irisan bawang merah, tomat, dan kobis.

Ada tambahan lain yang jarang ditemui disambal kecap pada hidangan sate kambing di tempat lain, yakni irisan daun jeruk.

Rasa daging kambing yang empuk, berpadu dengan manisnya kecap, serta pedasnya cabai.

Rasa tersebut semakin segar dengan adanya irisan daun jeruk.

Pengunjung bisa memesan tingkat kepedasannya.

Penamaan level pedasnya pun terbilang unik, mulai dari level PAUD (Pendidikan Anak Usai Dini), Play Group, hingga level profesor.

Selain sate, di warung makan ini pengunjung bisa memesan beberapa olahan daging kambing lainya, seperti tongseng, gulai, sate klatak, dan nasi goreng.

Beragam olahan tersebut juga disajikan dengan citarasa super pedas.

5. Sego Pliket Pak Dakir

Di jalan HOS Cokroaminoto 75 Yogyakarta atau berada di depan pasar Klitikan Kuncen Yogyakarta terdapat salah satu warung sate legendaris di Yogyakarta.

Warung sate ini telah ada sejak tahun 1966, yakni Warung Sate Kambing Pak Dakir.

Selain sate kambing, warung makan yang buka mulai dari pukul 16.00 hingga 22.00 tersebut memiliki menu spesial yang cuma ada disana, yakni sego pliket.

Dalam bahasa Jawa, sego pliket berarti nasi lengket, menu ini adalah nasi goreng kambing.

Yang membedakannya dengan nasi goreng kambing lainya adalah adanya tambahan sumsum tulang belakang kambing.

Sumsum tersebut menjadikan tampilan nasi gorengnya lebih lengket (pliket).

Selain itu penggunaan sumsum membuat hidangan yang satu ini lebih gurih.

Bumbu-bumbu lain yang digunakan hampir sama dengan kebanyakan nasi goreng, yakni bawang putih, miri, irisan lombok, dan sedikit kuah gulai, serta irisan daging kambing.

Rasa Sego pliket ini gurih, sedikit manis, dan irisan daging kambingnya juga empuk.

Rasanya semakin segar disantap bersama acar, irisan kubis, dan irisan tomat.

"Menu ini adalah menu favorit salah satu seniman Yogyakarta, yakni Butet Kertaradjasa. Sejak SMP dia sering jajan disini dan pesan sego pliket karena dulu rumahnya tidak jauh dari sini. Karena itu sego pliket sering juga disebut sego goreng Butet," ujar Ali Syahbana, pemilik sate Kambing Pak Dakir.(*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini