Laporan Wartawan Tribun Jogja, Hamim Thohari
TRIBUNNEWS.COM, SLEMAN - Kawasan Kabupaten Sleman memang terkenal memiliki banyak peninggalan bersejarah berupa candi.
Mengunjungi candi-candi tersebut bisa menjadi alternatif wisata yang murah dan cukup menyenangkan.
Candi-candi di Sleman tersebut memiliki kondisi beragam, dari yang bentuknya utuh, dalam proses pemugaran, hingga masih berupa tumpukan yang belum tersusun.
Di Kecamatan Ngemplak, tepatnya di Dusun Morangan, Desa Sindumartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta terdapat sebuah candi yang belum terlalu dikenal masyarakat, yakni Candi Morangan.
Situs Candi Morangan di Sleman.
Candi yang berada di tengah pemukiman ini berada pada kedalaman 2,5 meter di bawah permukaan tanah.
Letaknya yang berada di bawah permukaan tanah tersebut akibat dari aktivitas vulkanik gunung Merapi.
Terlebih letak candi ini hanya sekitar 50 meter dari sungai Gendol yang merupakan salah satu sungai yang menjadi aliran lahar dari gunung Merapi.
Ketika anda sampai di komplek candi Morangan, anda akan mendapati sebuah candi di bawah permukaan tanah yang tinggal bagian tubuh dan kaki candi yang sudah tidak utuh lagi.
Sedang di bagian lainnya anda akan menyaksikan tumpukan batuan candi yang belum tersusun.
Berdasarkan data dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Yogyakarta, bagian tubuh dan kaki candi yang masih bisa anda saksikan tersebut adalah bangunan dari candi perwara.
Candi perwara tersebut berdenah bujur sangkar berukuran 4x4 meter dan menghadap ke timur.
Sisi utara, barat, dan selatan tubuh candi memiliki relung yang berisi arca.
Sedang untuk candi induknya sendiri menghadap ke berat, berbilik, dan berdenah bujur sangkar berukuran 7,98x7,98 meter serta memiliki selasar 90 cm.
A photo posted by Azizah Hakim NL (@paijulll) on Feb 18, 2015 at 11:50pm PST
Berdasarkan data dari BPCB DIY, profil candi tersebut terdiri atas sisi genta, belah rotan, bingaki persegi, serta tekuk ganda.
Secara lengkap candi induk terdiri dari bagian kaki, tubuh dan atap candi. Pembagian tersebut dalam ajaran Hindu melambangkan tiga alam, yaitu Bhurloka, Bhuvarloka, dan Svarloka.
Candi Morangan banyak memiliki banyak relief yang sebagian besar terdiri dari relief binatang seperti kera, gajah, kelinci, singa, dan burung.
Latar belakang keagamaan candi Morangan yang dinyatakan Hindu semakin dipertegas dengan penemuan Yoni di candi Induk.
Meskipu berlatar belakang Hindu, tetapi ada yang unik di candi ini, yakni keberadaan satu bagian relief yang diperkirakan bagian dari ceriota Tantri Kamandaka, tentang seekor harimau yang tertipu seekor kambing.
Relief ini selama ini hanya ditemukan di candi berlatar belakang Budha.
Hingga saat belum diketahu secara pasti kapan candi Morangan dibangun, karena tidak ditemukan prasasti yang menjelaskannya.
A photo posted by Danang Setyawan (@_danank) on Apr 26, 2014 at 4:41am PDT
Tetapi berdasarkan gaya seni arcanya, yakni adanya hiasan pada beberapa araca berupa pita besar di kiri dan kanan pinggan arca seperti pada arca di candi Prambanan, maka diperkirakan dibangun pada abad IX Masehi (sama dengan pembangunan Prambanan).
Untuk masuk ke kompleknya pengunjung tidak dipungut biaya, hanya mengisi buku tamu yang disediakan.
Berdampingan dengan komplek candi Morangan juga terdapat Penampungan Cagar Budaya Gendol.
Di lokasi ini pengunjung bisa menyaksikan sekitar 125 batuan baik polos maupun berelief yang merupakan bagian dari peninggalan bersejarah masa lalu yang ditemukan di aliran sungai Gendol.