Lokasi sekitar danau tersebut juga sangat cocok untuk selfie maupun groupie. Birunya air danau seluas sekitar 3 borong (1 ha= 35 borong) tersebut benar-benar eksotis jadi background foto.
Apalagi ada sejenis tebing horizontal yang posisinya menjorok ke danau. Ini jadi tempat yang nyaman dan memukau untuk berfoto ria. "Kami pun tak mau ketinggalan ikutan bergroupie ria," ucap Asma.
Meski telah menikmati keindahan alam di Danau Biru, Asma mengaku masih menyimpan kerinduan terhadap objek wisata alam daratan tersebut. Ia ingin kembali plesir ke situ jika kelak ada waktu senggang.
Menurutnya siapa pun yang berkunjung ke Danau Biru Pengaron tersebut pasti merasakan hal serupa yakni rindu ingin kembali. Maklum di Banua ini jarang mendapati danau yang airnya teramat elok dan berwarna biru jernih.
Terlebih, menuju lokasi juga tak terlalu jauh. Dari Kota Martapura--ibu kota Kabupaten Banjar--jarak tempuhnya cuma sekitar 90 menit. Lantaran tak ada angkutan umum menuju lokasi, Asma dan teman-temannya carter satu unit mobil.
Setiba di lokasi, mobil atau kendaraan pengunjung bisa di parkir di area parkir yang dikelola warga. Dari tempat ini, pelancong berjalan kaki untuk menuruni tebing menuju Danau Biru.
"Fasilitas di area danau memang masih minim. Tapi, jika untuk sekadar mengobati rasa haus dan lapar, ada warung warga yang menjual minuman dan makanan," tutur Asma.
Danau Biru Pengaron di Kabupaten Banjar.
Bisa untuk Uji Adrenalin
DANAU Biru Pengaron tak cuma menyajikan panorama alam yang eksotis. Lebih dari itu juga bisa jadi wahana untuk menguji adrenalin atau nyali.
Lho, kok bisa? "Soalnya, jalur menuju lokasinya memang penuh tantangan. Mulai dari perjalanan dan saat jalan kaki menuruni tebing menuju lokasi danaunya," papar Asma Andriani, pelancong dari Pelaihari.
Badan jalan dari Kota Martapura hingga simpang empat Desa Pengaron memang mulus beraspal. Tapi setelah itu sejak menapaki alur kanan persimpangan tersebut, badan jalan mulai terjal berbatu. Petualangan dan adrenalin pun mulai diuji.
"Sepanjang jalan itu hingga sampai di danau sekitar seperempat menit kerap berpapasan dengan truk angkutan tambang. Jadi, harus waspada. Selain itu juga debu beterbangan," beber Asma.
Tantangan berikutnya dan yang kian terasa ekstrem yakni ketika berjalan kaki menuju area danau. Ini karena turunannya lumayan curam. Mata harus benar-benar fokus supaya kaki tidak salah melangkah.
Lengah sedikit saja, risikonya bisa terpeleset dan jatuh. Apalagi sebagian bebatuannya licin terutama pascahujan. Sekitar 10 meter pelancong harus menuruni tebing untuk bisa mencapai danau tersebut.
"Kemarin itu saya dan teman-teman sempat gemetaran juga, karena lumayan ekstrem juga tebingnya. Tapi, seru juga sih, itung-itung bisa sekalian menguji nyali," pungkas Asma.