Laporan Wartawan Tribun Jogja, Hamim Thohari
TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA - Ditinggali oleh orang-orang dari beragam daerah dengan budaya yang beragam pula, menjadikan Yogyakarta kaya akan keragaman tak terkecuali kulinernya.
Akan dengan mudah menemukan makanan khas dari sejumlah daerah di Yogyakarta, mulai dari jajanan, minuman, hingga makanan berat.
Kue bingke. (Tribun Jogja/Hamim)
Seperti di pertigaan Purwokinanti, jalan Sultan Agung Yogyakarta, Kelurahan Purwokinanti, Kecamatan Pakualaman, Yogyakarta atau selatan bekas Bioskop Permata, terdapat penjaja makanan khas Pontianak yang sangat jarang ada di Yogyakarta.
Dengan menggunakan gerobak sederhana, setiap harinya seorang pria asli Pontianak bernama Syarif Ratommy Rinaldo Al Qadri atau yang biasa disapa Tomi menjajakan panganan bernama Bingke Pontianak.
Di balik tempat berjualan yang sederhana, rasa panganan yang satu ini sangat istimewa.
Maka tak heran, setiap Tomi menggelar dagangannya mulai dari jam 15.00 langsung diserbu pembeli.
Bahkan banyak dari pelanggannya telah memesan Bingke Pontianak sejak pagi hari.
Bingke Pontianak adalah panganan khas dari Ibu Kota Provinsi Kalimantan Barat tersebut.
Sekilas tampilannya menyerupai kue lumpur.
Antrean pembeli bingke. (Tribun Jogja/Hamim)
Diungkapkan Tomi, untuk membuat kue ini bahan utama yang digunakan adalah tepung terigu, telur, dan santan.
Adonan yang dibuat tidak terlalu kental tersebut kemudian dipanggang menggunakan loyang berbentuk bunga.
Cara memanggang kue ini cukup unik, setelah adonan dituang ke dalam loyang kemudian diletakan di atas penggangan yang penuh dengan arang yang membara.
Tidak terlalu lama, mungkin tidak lebih dari dua menit loyang tersebut dipanggang di atas bara api.
Yang cukup lama adalah memanggang adonan di bawah bara api, yakni sekitar 10 menit.
"Proses pemanggangan ini membuat adonan matang sempurna, baik dari bawah maupun dari atas," ujar Tomi.
Tomi awalnya datang ke Yogyakarta pada tahun 2002 yang lalu untuk kuliah di salah satu Perguruan Tinggi Swasta di Yogyakarta dengan mengambil jurusan perhotelan.
Setelah menyelesaikan kuliahnya, Tomi tidak langsung pulang ke daerah asalnya.
"Berjualan bingke ini sebenarnya tidak sengaja, Dulu setelah lulus kuliah waktu saya banyak habis untuk "ngluyur". Karena mulai merasa bosan, saya coba-coba berjualan makanan ini," ceritanya.
Keahlihan membuat bingke didapatnya sewaktu kecil.
Diceritakan Tomi, dulu dia sering membantu bibinya yang memang ahli dan sering membuat kue.
Sebelum benar-benar memutuskan berjualan, Tomi, membuat dua puluh loyang bingke dan dibagikan kepada teman-temannya.
Setelah semua orang yang dia beri bingke menyatakan kue buatanya enak, baru dia mulia berjualan.
Bingke Pontianak ini rasanya lembut, gurih, dan sedikit manis membuat banyak orang langsung cocok dengan rasanya.
Selain rasa original, Tomi mengembangkan beberapa varian rasa bingke, seperti coklat, keju, coklat susu, coklat keju, dan keju susu.
Tidak hanya para mahasiswa asal Kalimantan yang sering membeli panganan ini, tetapi warga asli Jogja pun banyak yang menjadi pelanggan Tomi.
"Biasanya sebagian besar bingke telah dipesan sebelum saya mulai berdagang. Mungkin setengah jam berjualan dagangan sudah habis dipesan," ujar Tomi.
Meskipun selalu ramai oleh pembeli, Tomi belum membuka cabang untuk usahanya ini.
Kesulitan mencari tenaga kerja menjadi penghalangnya untuk membuka cabang di tempat lain.(*)